Dia bersekongkol dengan Belanda (VOC) yang saat itu menguasai Batavia dan menjadi musuh utama Mataram.
Dia membocorkan rencana penyerangan Mataram ke Batavia kepada Belanda.
Rencana ini dibuat oleh Sultan Agung setelah menolak tawaran damai dari VOC pada tahun 1628.
Sultan Agung ingin mengusir Belanda dari tanah Jawa dan menyatukan seluruh pulau itu di bawah kekuasaannya.
Dengan bantuan informasi dari Tumenggung Endranata, Belanda dapat mempersiapkan pertahanan mereka dengan baik.
Mereka memperkuat benteng Batavia dan menyediakan senjata-senjata canggih.
Mereka juga mengirim bala bantuan dari Maluku dan Ambon untuk membantu pasukan Batavia.
Dan endingnya kita tahu, Mataram Islam gagal menaklukkan Batavia dalam dua kali penyerangan.
Alih-alih kemenangan, serangan ke Batavia adalah bencana bagi Mataram.
Penyerbuan itu tidak hanya menelan banyak korban jiwa dan harta benda, tetapi juga melemahkan kekuatan Mataram.
Sultan Agung akhirnya mengetahui pengkhianatan itu, dan sangat marah.
Tumenggung Endranata akhirnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Mayatnya kemudian dimutilasi.
Tubuhnya dipotong-potong menjadi tiga bagian dan dikubur diarea Pemakaman Imogiri yang berada di sebelah selatan Makam Griloyo, yaitu Gunung Merak yang kemudian dinamakan Pajimatan Imogiri.
Kapalanya dipotong dan dikubur di tengah-tengah Gapura Supit Urang.
Badannya dikubur di bawah tangga dekat Gapura Supit Urang, di bagian anak tangga yang permukaannya tidak rata.
Sedang kakinya dikubur di tengah kolam.
Tindakan sadis itu dilakukan Sultan Agung, sebagai pelajaran bagi setiap orang yang datang mengunjungi makam Imogiri, akan menginjak potongan tubuh Tumenggung Endranata.
Hal ini sekaligus peringatan bagi pengkhianat.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR