Menurut sejarawan, para Wali Songo memiliki metode yang berbeda-beda dalam menentukan awal Idul Fitri.
Ada yang menggunakan hisab, yaitu perhitungan matematis berdasarkan posisi bulan dan matahari.
Ada juga yang menggunakan rukyat, yaitu pengamatan langsung terhadap hilal atau bulan sabit.
Metode hisab dan rukyat ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Namun, para Wali Songo tidak pernah berselisih atau memaksakan pendapat mereka tentang awal Idul Fitri.
Mereka saling menghormati dan menghargai keberagaman dan kesepakatan dalam menetapkan hari raya umat Islam.
Mereka juga tidak melupakan hikmah dan makna dari Idul Fitri itu sendiri, yaitu hari untuk bersyukur, bermaaf-maafan, dan mempererat persaudaraan.
Dari kisah Wali Songo ini, kita dapat belajar banyak hal.
Pertama, kita dapat mengenal metode hisab dan rukyat yang merupakan warisan ilmu pengetahuan Islam yang sangat bermanfaat.
Kedua, kita dapat menyikapi perbedaan dengan sikap adil dan bijaksana, tanpa harus saling menyalahkan atau merendahkan.
Ketiga, kita dapat menghayati Idul Fitri sebagai hari untuk menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi sesama.
Semoga artikel ini dapat memberikan informasi dan inspirasi bagi Anda.
Selamat menyambut Idul Fitri 1444 H.
Mohon maaf lahir dan batin.
*Artikel ini dibuat dengan bantuan Ai
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR