Dia membantu suaminya dalam melakukan diplomasi dengan Belanda dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam konflik.
Raden Ayu Matah Ati juga membantu suaminya dalam mengembangkan kesenian dan kebudayaan di Mangkunegaran.
Dia menjadi inspirasi bagi banyak tari-tari Wireng atau keprajuritan yang ada di Mangkunegaran.
Kisah hidup Raden Ayu Matah Ati menjadi sumber sejarah yang ditulis dalam Babad Nitik Mangkunagara.
Babad ini merupakan buku catatan harian Raden Ayu Matah Ati yang mengisahkan perjuangan dan cinta suaminya.
Kisah ini juga menjadi inspirasi bagi drama tari kolosal yang berjudul Matah Ati yang dipentaskan di beberapa tempat pada tahun 2010-2015.
Raden Ayu Matah Ati adalah salah satu contoh perempuan Jawa yang memiliki semangat cinta dan perjuangan yang tinggi.
Dia menunjukkan bahwa perempuan Jawa tidak hanya cantik dan lemah lembut, tetapi juga tangguh dan berani. Ia layak dijadikan teladan bagi generasi muda Indonesia.
Raden Ayu Matah Ati tidak hanya dikenang sebagai prajurit perempuan yang setia dan perkasa, tetapi juga sebagai ibu yang baik.
Dia memiliki lima orang anak dari pernikahannya dengan Mangkunegara I.
Anak-anaknya adalah Raden Mas Garendi, Raden Mas Suryokusumo, Raden Mas Suryodiningrat, Raden Mas Suryoputro, dan Raden Ayu Retno Dumilah.
Raden Ayu Matah Ati juga dikenal sebagai sosok yang dermawan dan peduli terhadap rakyat.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR