Namun demikian, Belanda tidak langsung menghapuskan sistem monarki yang sudah ada di kerajaan Larantuka.
Belanda masih mengakui keberadaan raja-raja lokal yang berasal dari keluarga bangsawan Larantuka.
Raja-raja lokal ini masih diberikan wewenang untuk mengurus urusan adat dan agama di wilayah mereka masing-masing.
Namun, mereka harus tunduk kepada kebijakan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Selain itu, mereka juga harus membayar pajak dan upeti kepada Belanda sebagai tanda pengakuan kedaulatan mereka.
Meskipun demikian, rakyat dan raja-raja Larantuka tidak senang dengan penjajahan Belanda.
Mereka merasa hak-hak dan kebebasan mereka terancam oleh campur tangan Belanda dalam urusan internal mereka.
Mereka juga merasa agama Katolik mereka terancam oleh usaha-usaha zending atau penyebaran agama Kristen Protestan yang dilakukan oleh para misionaris Belanda.
Oleh karena itu, pada tahun 1904 Masehi, rakyat dan raja-raja Larantuka melakukan pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Raja Don Lorenzo II dari Kerajaan Sikka yang merupakan salah satu kerajaan bawahan dari Kerajaan Larantuka.
Raja Don Lorenzo II berhasil menggalang dukungan dari raja-raja lain di Flores seperti Raja Don Alfonso dari Kerajaan Adonara dan Raja Don Dominggus dari Kerajaan Lembata.
Pemberontakan ini berlangsung selama beberapa bulan dengan sengit.
Namun akhirnya dapat dipadamkan oleh pasukan militer Belanda dengan bantuan dari beberapa kelompok etnis lokal yang pro-Belanda seperti suku Ende dan suku Ngada.
Banyak rakyat dan raja-raja Larantuka yang tewas atau ditangkap dalam pertempuran ini.
Setelah pemberontakan ini berhasil ditumpas, Belanda kemudian secara resmi membubarkan Kerajaan Larantuka pada tahun 1904 Masehi.
Wilayah kerajaan ini kemudian dibagi menjadi beberapa distrik atau onderafdeling yang diperintah oleh seorang kontrolir atau asisten residen Belanda.
Sistem monarki yang sudah ada sejak abad ke-13 Masehi pun berakhir di Flores.
Dengan demikian, zaman keemasan Kerajaan Larantuka sebagai kerajaan Kristen pertama di Nusantara pun berakhir secara tragis di bawah penjajahan kolonial Belanda.
Namun demikian, warisan budaya dan agama Kerajaan Larantuka masih terpelihara hingga kini.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR