Salah satu strategi kebudayaan tersebut adalah menciptakan kalender saka sebagai alat untuk menyatukan berbagai suku bangsa di India.
Kalender saka didasarkan pada perhitungan astronomis yang akurat dan memiliki siklus tahunan yang sama dengan kalender Hindu lainnya.
Kalender saka juga mencerminkan nilai-nilai spiritualitas, kesucian, keseimbangan alam dan manusia.
Kalender saka kemudian menyebar ke berbagai wilayah Asia Selatan dan Tenggara melalui jalur perdagangan maritim.
Salah satu wilayah yang menerima pengaruh kalender saka adalah Nusantara, khususnya pulau Jawa.
Di Jawa, kalender saka digunakan oleh kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha seperti Mataram Kuno, Sriwijaya, Singhasari dan Majapahit.
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara yang berdiri pada abad 13 hingga 15 Masehi.
Kerajaan ini memperluas wilayahnya hingga mencakup hampir seluruh Nusantara melalui ekspansi militer maupun diplomasi.
Kerajaan Majapahit juga dikenal sebagai pusat kebudayaan dan agama Hindu-Buddha di Nusantara pada masa itu.
Salah satu bukti penggunaan kalender saka oleh kerajaan Majapahit adalah prasasti Canggal yang bertarikh 732 śaka atau 810 Masehi.
Prasasti ini memuat informasi tentang pendirian sebuah candi bernama Gunung Wukir oleh raja Sanjaya dari Mataram Kuno sebagai tempat pemujaan Siwa.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR