Intisari Online- Dian Sastrowardoyo atau yang akrab dikenal dengan sapaan Dian Sastro melejit sebagia salah satu aktris film kenamaan Tanah Air.
Namanya mulai melejit ketika membintangi film AADC (Ada Apa Dengan Cinta) yang meledak di era tahun 2000-an.
Terkenal sebagai artis papan atas Indonesia, Dian Sastro ternyata berasal dari kalangan keluarga bukan sembarangan.
Bahkan salah satu sosok terdekat Dian Sastro adalah orang yang berjasa dalam karier politik Presiden Ketiga Republik Indonesia, Baharuddin Jusuf (BJ) Habibie.
Sosok penting tersebut tak lain adalah kakek dari suami Dian Sastro, Ibnu Sutowo.
Seperti diketahui, Dian Sastro dipersunting oleh putra dari konglomerat Tanah Air bernama Maulana Indraguna Sutowo.
Suami Dian Sastro pun juga bukan sosok sembarangan dalam dunia bisnis Tanah Air, terbukti saat Maulana Sutowo pernah nampang di halaman sampul majalah Forbes edisi Quater IV 2018 silam.
Maluana Sutowo sendiri merupakan cucu dari mantan pentinggi militer Indonesia yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Minyak dan Gas Bumi Indonesia pada tahun 1966, Ibnu Sutowo.
Sebagai seorang perwira militer, ternyata Ibnu Sutowo tercatat berjasa dalam mengembangkan industri minyak bumi di Indonesia.
Ibnu Sutowo pernah mengemban tugas untuk mengembangkan Perusahaan Minyak Nasional (Permina), cikal bakal Pertamina saat ini.
Momen tersebut terjadi saat Ibnu Sutowodidapuksebagai Menteri Minyak dan Gas Bumi Indonesia.
Meski paham seluk beluk tambang minyak dan gas dan militer, ternyata Ibnu Sutowo justru hanya lulusan sekolah kedokteran.
Sebagai lulusan sekolah kedokteran di Surabaya, Ibnu Sutowo juga pernah bekerja menjadi tenaga medis di Palembang dan Martapura pada tahun 1940-an.
Di era pergerakan nasional hingga usai Proklamasi Kemerdekaan, Ibnu Sutowo akhirnya juga ikut terjun memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Ia pun berkecimpung di dunia militer sebagai tenaga medis.
Oleh karena perjuangannya tersebut, Ibnu Sutowo sempat mendapat tugas sebagai Kepala Jawatan Kesehatan Tentara se-Sumatera Selatan (1946-1947).
Karier kemiliteran Ibnu Sutowo agaknya lebih mentereng ketimbang profesinya sebagai dokter semasa muda.
Hal itu terbukti Ibnu Sutowo tak butuh waktu lama merangkak sebagia pejabat militer hingga sempat diganjar jabatan Panglima Tentara Teritorial II Sriwijaya pada atahun 1955.
Tak butuh waktu lama, usai dua tahun menjabat sebagai Panglima Tentara Teritori II Sriwijaya, Ibnu Sutowo ditunjuk oleh A.H Nasutiona yang kala itu menjabat sebagai KSAD untuk beralih jabatan.
Ibnu Sutowo ditunjuk untuk mengelola PT Tambang Minyak Sumatra Utara (PT Permina).
Di masa Ibnu Sutowo inilah, tepatnya pada tahun 1968 Permina dan perusahaan minyak milik negara lainnya dilebur menjadi satu dan berubah nama menjadi Pertamina hingga sekarang.
Ibnu Sutowo kemudian menjadi direktur utama kurun waktu 1968-1976.
Dalam tulisan di Harian Indonesia Raya yang terbit pada 30 Januari 1970, Ibnu Sutowo sempat menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
Hal itu terbukti dari simpanan pria kelahiran Yogyakarta tersebut yang mencapai Rp 90,48 miliar (kurs rupiah saat itu Rp 400/dolar).
Gegara harta kekayaan Ibnu Sutowo yang melesat tajam inilah membuat Presiden Suharto langsung membentuk tim yang bernama Komisi empat untuk menyelidiki dugaan korupsi di tubuh Pertamina.
Hasilnya ada dugaan penyimpangan dalam keuangan Pertamina hingga membuat Pertamina pada tahun 1975 mengalami krisis dengan utang mencapai 10,5 miliar dollar AS.
Tak lagi menjadi pejabat, Ibnu Sutowo memilih bergerak di bidang bisnis dan masuk ke PT Golden Mississippi, perusahaan air mineral kemasan pertama di Indonesia bernama Aqua.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1973 oleh Tirto Utomo, mantan anak buah Ibnu Sutowo kala masih jadi pejabat pemerintahan.
Peluang bisnis ini cukup menggiurkan hingga kembail menaikkan nama Ibnu Sutowo usai berhasil menjabat sebagai Dirut PT Aqua Golden Mississippi.
Namun di tahun 1988, Ibnu Sutowo memilih untuk mengundurkan diri dari perusahaan tersebut.
Tetapi kesuksesan Ibnu Sutowo telah membawa keluarganya masuk dalam jajaran konglomerat Indonesia kala itu.
Salah satu buktinya adalah aset Sultan Hotel di Senayan yang pernah menjadi kepemilikan keluarga Sutowo.
Baca Juga: Anak Dian Sastro Pernah Alami Autisme, Alami 2 dari 7 Ciri Ini Bisa Jadi Anak Anda Idap Autisme
Dalam kariernya sebagai pejabat pemerintahan, Ibnu Sutowo merupakan sosok penting di perjalanan politik Presiden Ketiga RI, BJ Habibie.
Bagaimana tidak, Ibnu Sutowo menjadi satu-satunya orang yang mampu memulangkan BJ Habibie muda ke Tanah Air.
Sebagai pejabat kala itu, Ibnu Sutowo mendapat tugas untuk menjemput BJ Habibie yang telah lama berkarier di Jerman.
Kepulangan BJ Habibie karena Ibnu Sutowo tersebut akhirnya membuat Bapak Teknologi Indonesia itu bisa menjadi orang nomor satu di Tanah Air.
Ibnu Sutowo menghembuskan nafas terakhirnya pada 12 Januari 2001.
(*)