Tak Ada yang Ingin Mengalami Musibah Seperti 2 Wisatawan di Pengandaran, Ini yang Bisa Dilakukan untuk Menghindari Terseret Ombak

Khaerunisa

Editor

Ilustrasi. Hal yang bisa dilakukan untuk menghindari terseret ombak dan prosedur penyelamatan jika terseret ombak.
Ilustrasi. Hal yang bisa dilakukan untuk menghindari terseret ombak dan prosedur penyelamatan jika terseret ombak.

Intisari-Online.com - Dua orang wisatawan terseret ombak saat tengah bermain air laut di Pengandaran Jawa Barat, Kamis (5/1/2023).

Insiden tersebut dilaporkan terjadi di Pos 3 Pantai Pangandaran sekitar pukul 13.00 WIB.

Satu orang dikabarkan selamat, namun satu orang lainnya belum ditemukan.

Melansir Tribunnews, Kasatpol Airud Polres Pangandaran, AKP Sugianto mengatakan bahwa masih dilakukan pencarian.

"Yang satu selamat, yang satu belum ditemukan dan masih dilakukan pencarian," ungkapnya.

Sementara itu terkait identitas korban, menurut Perwakilan Balawisata (Penyelamat Wisata Tirta) Pangandaran, Omen, dua korban tersebut merupakan rombongan dari Tasikmalaya.

Ia mengungkapkan keduanya masih pelajar. Korban bernama Ilham Muhamad Arifin (16) dan Rifki (17), keduanya warga kecamatan Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Diungkapkan bahwa dua orang korban berenang di area terlarang saat terseret ombak.

Mulanya, korban hanya bermain pasir di pinggir pantai, tetapi kemudian mereka menyewa selancar untuk berenang di laut.

"Kedua korban berenang di area titik arus yang telah ditandai dengan rambu larangan dan pada saat itu terjadi gelombang dan angin yang kuat sehingga dua korban terseret oleh arus yang kuat," katanya.

Kemudian, karena tak kuat menahan arus, korban pun tenggelam.

Baca Juga: Mengenal Rip Current, Jenis Arus yang Bisa Menyeret Kita ke Tengah Laut Seperti yang Terjadi pada Ferry Anto dan Putrinya

Mengetahui insiden tersebut pihak Balawista langsung melakukan pertolongan.

Korban yang selamat sempat dibawa ke RSUD Pandega Pangandaran. Sementara pencarian korban lainnya dilakukan dengan penyisiran bibir pantai.

"Sekarang, kami masih melakukan penyisiran di bibir pantai bersama Polairud Polres Pangandaran.

"Karena pencarian di tengah laut terkendala cuaca dan gelombang juga cukup lumayan besar," ungkap Omen.

Tentunya tak ada yang ingin mengalami musibah seperti itu. Lalu apa yang harus dilakukan untuk menghindarinya saat kita berwisata ke pantai?

Kita perlu memperhatikan beberapa hal agar tidak terseret ombak. Selain itu, ketahui juga tentang prosedur penyelamatan jika terseret ombak.

Melansir Kompas.com (15/2/2022), berikut ini hal yang harus dilakukan agar tidak terseret ombak dan bagaimana prosedur penyelamatan jika terseret ombak menurut Basarnas.

Hal yang harus dilakukan agar tidak terseret ombak

  1. Menjauhi bibir pantai kala ombak sedang tinggi.
  2. Mematuhi tanda peringatan masuk ke pantai atau tidak berenang melebihi batas aman bagi perenang atau pengunjung pantai yang akan berenang atau bermain air.
  3. Memahami posisi peralatan emergency yang tersedia di sepanjang pantai, misalnya ban, ringbuoy, tali, hingga menyiapkan perahu-perahu untuk keperluan darurat.
  4. Patuhi peraturan yang ada di pantai terkait pengamanan keamanan beraktivitas di pantai tersebut.
Prosedur penyelamatan jika terseret ombak

Saat terseret ombak, korban harus tenang dan berusaha mengapung sembari mencari benda-benda terapung, supaya tetap berada di atas permukaan air.

Baca Juga: Nyawa Dibayar Nyawa, Ini Kisah Marianne Bachmeier yang Tembak Mati Pembunuh Putrinya diRuang Sidang

Sementara itu, berikut ini metode penolongan korban terseret arus yang biasa dilakukan oleh Basarnas dengan teknik water rescue:

1. Metode reach

Metode ini dilakukan dari daratan tanpa harus masuk ke dalam air.

Metode reach ini dapat dilakukan oleh penolong yang tidak bisa renang sekalipun.

Penolong menggunakan media, seperti tongkat, galah, kayu, atau tali yang diarahkan kepada korban untuk diraihnya, kemudian ditarik ke daratan.

2. Throw

Metode throw atau lempar ini hanya bisa menolong seseorang yang dilakukan dari daratan.

Metode ini dilakukan dengan dua acara, yakni:

  • Melempar benda apung yang sudah diikatkan ke tali kemudian menarik korban dengan alat tersebut.
  • Melemparkan benda yang bisa terapung tanpa menggunakan tali, kemudian membiarkan korban berenang melalui alat apung yang sudah dilempar tersebut.
3. Row

Metode ini kerap kali diartikan sebagai penyelamatan dengan cara mendayung atau menggunakan perahu.

Baca Juga: 8 Peninggalan Kerajaan Mataram Islam, Termasuk Taman yang Berfungsi sebagai Benteng

Pada metode row penolong sudah pasti harus memiliki kemampuan dasar untuk berenang, karena metode ini sangat berbeda dengan dua metode sebelumnya.

Adapun untuk bentuk penyelamatan pada metode ini umumnya menggunakan bantuan alat, seperti perahu karet, kano, perahu kecil, papan atau sarana lainnya. Hal ini untuk menjangkau korban dan sesegera mungkin mampu menolong korban.

4. Go or Swim with an aid

Bentuk penyelamatan ini merupakan penyelamatan yang dilakukan secara langsung tanpa adanya bantuan apapun.

Penolong harus memiliki kemampuan. Penolong membawa alat apung, agar korban bisa mengenakannya dan membantunya untuk bisa menuju ke daratan.

5. Tow or carry

Metode tow atau carry adalah metode penyelmatan yang paling tinggi resikonya bagi penolong.

Penolong melakukan berbagai jenis gaya renang dengan sekuat tenaga menuju korban dan membawanya ke tempat yang aman dengan melakukan kontak langsung pada korban.

Baca Juga: 3 Alasan Mengapa Indonesia Menjadi Salah Satu Tujuan Penjelajahan Samudra

(*)

Artikel Terkait