Sebagian besar kaum laki-laki Eropa digundahkan oleh ketidakhadiran seorang istri yang selayaknya mengurus kehidupan sehari-hari mereka.
Oleh karena itu umumnya mereka mencari jalan keluar dengan mengawini wanita-wanita pribumi tersebut.
Bahkan golongan pedagang China yang kaya juga memelihara nyai,
meskipun hubungan pernyaian tersebut tidak dapat dibicarakan secara terbuka di dalam etika pergaulan masyarakat.
Beberapa pejabat bahkan diketahui mempunyai lebih dari satu orang gundik.
Seorang nyai bertugas mengatur rumah tangga, dan hidup bersama lakilaki Eropa yang telah mengambilnya sebagai seorang nyai.
Nyai akan tinggal bersamanya, makan dengannya, menemaninya dan tidur bersamanya. Namun,
seorang nyai tidak mempunyai derajat yang sama dengan tuannya.
Hidup bersama seorang gundik atau nyai memberikan beberapa keuntungan.
Hal itu dirasa menyenangkan bagi para laki-laki Eropa karena pernyaian menjamin keadaan yang tidak mengikat.
Pernyaian merupakan gejala yang umum dan dapat diterima oleh banyak orang sebagai suatu cara penyesuaian diri laki-laki Eropa lajang demi kelangsungan hidup di tanah koloni.
Menurut perkiraan terdapat lebih dari setengah jumlah keseluruhan laki-laki Eropa di koloni hidup bersama seorang nyai pribumi dalam 25 tahun terakhir pada abad ke-19.
Menjelang akhir abad ke-19 sudah sangat biasa jika seorang laki-laki Eropa mengambil seorang nyai, begitu juga dari sudut pandang penduduk pribumi.
Baca Juga: Gundik Pribumi Melahirkan Nyai 'Indo' di Barak Militer, Statusnya Lebih Tinggi?
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR