Peraturan itu membuat banyak pegawai Kompeni lebih suka hidup dengan nyai-nyai sehingga, kapan saja ia memutuskan kembali ke Belanda, ia bisa membebaskan diri dari ikatan dengan gundik-gundik dan anak-anaknya untuk kemudian di negeri sendiri memilih istri yang diimpi-impikan.
Sistem pergundikan ini sudah ada sejak sebelum Belanda tiba, dan menurut Blusse, sistem ini ditentang para pembesar gereja di Batavia.
Meski begitu hidup bersama seorang gundik atau nyai memberikan beberapa keuntungan.
Hal itu dirasa menyenangkan bagi para laki-laki Eropa karena pernyaian menjamin keadaan yang tidak mengikat.
Laki-laki Eropa ini menikmati keuntungannya tetapi tidak mau menanggung kerugiannya.
Hidup dalam pernyaian memberikan dampak keteraturan terhadap perilaku hidup sang laki-laki Eropa.
Mempunyai seorang nyai akan menahan laki-laki Eropa dari minuman keras, menjauhkan dari para pelacur, dan menjaga pola pengeluaran.
Selain itu seorang nyai dapat menjelaskan bagaimana kehidupan di Hindia Belanda kepada tuan Eropa-nya.
Nyai dapat mengajarkan bahasa pribumi dan memperkenalkan adat istiadat dan kehidupan di Hindia Belanda
keberadaan seorang nyai atau gundik membawa perubahan yang sangat besar bagi penduduk Belanda.
Seorang nyai tidak hanya mempengaruhi budaya tuan Eropa-nya, tetapi juga mempengaruhi garus keturunan yang berbeda dalam masyarakat Eropa khususnya Belanda.
Baca Juga: Serdadu Belanda Bocorkan Kehidupan Ranjang di Barak Militer: 'Mirip Tenda Pengungsian Bencana Alam'
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR