Sebagian besar serangan, kata dia, menargetkan fasilitas di tengah dan utara negara itu.
"Situasi di ibu kota sangat serius, jadwal pemadaman listrik darurat khusus sedang dilakukan," pungkas Zelenskyy.
Menurut pihak berwenang Ukraina, serangan berulang Rusia telah menghancurkan atau merusak hingga 40 persen infrastruktur energi negara tersebut.
Deklarasi Bersama KTT G20
Sementara itu, dalam deklarasi bersama G20 Bali Leaders Declaration, mayoritas anggota G20 mengecam keras perang Rusia-Ukraina yang masih berkecamuk.
Dalam dokumen deklarasi KTT G20 yang dilihat Kompas.com pada Rabu (16/11/2022), anggota kelompok tersebut menyebut perang di Ukraina menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa, dan memperburuk kerentanan dalam ekonomi global.
“Menghambat pertumbuhan, meningkatkan inflasi, mengganggu rantai pasokan, meningkatkan kerawanan energi dan pangan, dan meningkatkan risiko stabilitas keuangan,” tulis deklarasi tersebut.
Di satu sisi, posisi setiap negara G20 tetap sama dengan forum-forum lain, termasuk dalam Resolusi Sidang Umum PBB pada 12 Maret 2022 yang sangat keras menyesalkan agresi Rusia terhadap Ukraina, serta menuntut penarikan penuh dan tanpa syarat dari wilayah Ukraina.
Dalam resolusi tersebut, sebanyak 14 negara sepakat, lima negara menolak, 35 negara abstain, dan 12 negara absen.
Adapun dalam deklarasi bersama KTT G20, dari 20 negara anggota hanya Rusia yang menolaknya, sedangkan China dan India abstain.
“Menyadari bahwa G20 bukanlah forum untuk menyelesaikan masalah keamanan, kami mengakui bahwa masalah keamanan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap ekonomi global,” tulis G20 Bali Leaders Declaration.
Baca Juga: Langsung Jadi Pembahasan di G20, Joe Biden Sebut Serangan Rudal di Polandia, Bukan dari Rusia?
Deklarasi KTT G20 ini juga menyebutkan, sangat penting menegakkan hukum internasional dan sistem multilateral yang menjaga perdamaian serta stabilitas.
Perlu diketahui, Ukraina telah mengalami pemadaman listrik sejak Rusia melancarkan serangan terhadap infrastruktur energinya pada 10 Oktober lalu, setelah menuduh Ukraina menargetkan situs-situs Rusia, termasuk Jembatan Krimea yang strategis.
Baca Juga: Alasan Mengapa Serangan Rudal Polandia, Bisa Memicu Perang Besar-Besaran NATO Dengan Rusia
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR