Raja Charles VI akhirnya mengembangkan kondisi yang dikenal sebagai Delusi Kaca, yang membuatnya percaya bahwa dia bisa pecah seperti kaca jika disentuh.
Inilah yang membuat Isabella tidak mudah menjalani kehidupannya saat kanak-kanak.
Pada tahun 1396, Raja Charles VI berusaha berdamai dengan Inggris dan mengakhiri perang yang sedang berlangsung dengan berusaha menikahkan putrinya dengan Raja Inggris.
Pernikahan anak bukanlah hal yang aneh selama Abad Pertengahan, tetapi yang satu ini sangat ekstrem.
Raja Richard II dari Inggris adalah seorang duda berusia 29 tahun, dan Isabella baru berusia enam tahun.
Namun, pernikahan itu tidak boleh dilakukan ketika Isabella masih anak-anak, dan Raja Richard II percaya bahwa dia masih cukup muda untuk menunggu memiliki anak dengan Isabella ketika dia cukup umur.
Pengantinnya yang masih anak-anak itu juga dianggap baik karena Richard dapat membesarkannya di istana Inggris, sehingga bisa dipengaruhi oleh kebiasaan Inggris dan ‘dibentuk’ sesuai keinginan Raja, melansir dari History of Royal Women.
Ketika duta besar Inggris mengunjungi Isabella, dan Sang Putri memberi tahu mereka bahwa jika itu menyenangkan Tuhan dan ayahnya, maka dia senang menjadi Ratu Inggris.
Dia kemudian mempraktikkan peran Ratu saat bermain, dengan gaun pengantin di kopernya serta beberapa boneka dan mainan.
Pada tanggal 9 Maret 1396, sebuah pernikahan yang diwakili berlangsung, dan mahar besar ditantangani ke Inggris dari Prancis.
Baru pada bulan November pernikahan resmi dilakukan secara langsung, dengan Isabella mengenakan mahkota emas dan gaun beludru biru.
Gadis itu dikisahkan menangis pada saat itu, kemudian digendong oleh pamannya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR