Intisari-Online.com - George Herbert Walker Bush atau yang akrab dengan nama George H. W. Bush merupakan Presiden Amerika Serikat (AS) ke-41.
George H. W. Bush menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS)dari tahun 1989 hingga 1993.
Dia juga adalah ayah dariGeorge Walker Bush, Presiden Amerika Serikat ke-43 dari tahun 2001 hingga 2009.
Namun sebelum menjadi orang nomor satu di AS, rupanyaGeorge H. W. Bush pernah mengalami insiden yang hampir merenggut nyawanya.
Bagaimana kisahnya?
Dilansir darithevintagenews.com pada Sabtu (22/10/2022), semua bermula ketikaPerang Dunia II.
Saat itu, ada sebuah pulau bernamaChichi Jima. Lokasinya 700 mil selatan Tokyo.
Di sana terjadi kengerian yang luar biasa menunggu orang Amerika yang ditangkap.
Pada bulan September 1944, sembilan pesawat Amerika yang menyerang instalasi Jepang ditembak jatuh oleh pasukan Jepang yang ditempatkan di Pulau Chichi Jima.
Kesembilan pilot berhasil melarikan diri dari pesawat mereka ke perairan Pasifik.
Beberapa dari mereka secara naluriah berenang menuju pulau itu. Sementara yang lain ditangkap oleh Jepang dan dibawa ke pulau itu sebagai tawanan.
Tapi salah satu dari sembilan pilot memutuskan untuk membuang pesawatnya yang rusak lebih jauh dari pulau daripada yang lain.
Dengan luka di kepala yang terbuka, ia berhasil bertahan hidup di atas rakit penyelamat.
Kapal-kapal Jepang tidak dapat menangkapnya dari air karena lebih banyak pesawat Amerika yang berada di lokasi itu.
Pada akhirnya, pilot ini diselamatkan oleh kapal selam penjaga pantai USS Finback.
Ya, pilot yang selamat itu adalah Presiden Amerika Serikat di masa depan, George H. W. Bush, yang saat itu hanyalah seorang pilot berusia 20 tahun.
Adapun nasib mengerikan dari delapan pilot lainnya telah dirahasiakan selama bertahun-tahun untuk menyelamatkan keluarga mereka dari traumatis.
Belakangan diketahui bahwa delapan penerbang dipukuli dan disiksa sebelum dipenggal.
Para pilot AS itu dieksekusi atas perintah Letnan Jenderal Yoshio Tachibana.
Penyelidikan kemudian mengungkapkan bahwa setelah eksekusi, mayat-mayat itu diserahkan ke ahli bedah pulau dan memasaknya, lalu kemudian menyajikan dagingnya kepada petugas Jepang.
Dan ada tuduhan yang lebih mengerikan lagi bahwa untuk menjaga daging tetap segar, para lelaki itu dibiarkan hidup, sementara tubuh mereka diamputasi satu per satu.
Pada Agustus 1946, Tachibana diadili bersama 11 personel Jepang lainnya terkait eksekusi parapilot Angkatan Laut AS.
Mereka juga diadili karena kanibalisme. Tetapi pada saat itu militer dan hukum internasional tidak memuat ketentuan tentang kanibalisme sehingga mereka tidak dapat diadili dengan benar.
Baca Juga: Mendadak Negara Sekutu Rusia Ini Ingin Kirim Tentaranya dalam Perang Rusia dan Ukraina, Ada Apa?