Advertorial
Intisari-Online.com - Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, masih menimbulkan luka yang dalam bagi sepak bola Indonesia.
Sebab dalam tragedidi Stadion Kanjuruhan itu 132 orang dinyatakan meninggal dunia.
Sementara ratusan lainnya terluka dan masih dirawat di rumah sakit.
Tragedi itu bermula ketika ada kericuhan di akhir laga antara Arema FC vs Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022).
Ratusan suporter terlihat memasuki lapangan.
Akibatnya pihak keamanan menggunakan tembakkan gas air mata untuk menahan kericuhan.
Sayangnya, keputusan ini menjadi boomerang.
Ratusan orang yang menghindari tembakan air mata berdesak-desakan hingga terinjak-injak.
Sementara yang lainnya mengalami sesak napas, muntah, hingga pingsan.
Padahal penggunakan gas air mata dilarang dalam aturan FIFA sebagai induk sepak bola dunia.
Dari jumlah korban, maka tragedidi Stadion Kanjuruhan menjadisalah satu bencana olahraga terburuk di dunia.
Hampir seminggu kejadian ini, kini kembali suporter sepak bola tewas karena gas air mata.
Kejadian ini terjadi di Argentina dalam pertandingan antaraGimnasia La Plata dan Boca Juniors.
Tindakan pihak keamanan yang menembakkan gas air mata telah menyebabkan para penonton dan juga para pemain kesulitan bernapas.
Karena itulah, pertandingan yang seharusnya digelar padaKamis (6/10/2022) itu pun dibatalkan.
Dilansir dari Guardian pada Sabtu (8/10/2022),Menteri Keamanan untuk Provinsi Buenos Aires Sergio Berni belum menjelaskan berapa banyak jumlah kematian dalam kejadian itu.
Akan tetapi dia mengatakan ada suporter yang meninggal dunia karena masalah jantung.
Korban meninggal saat diameninggalkan Stadion Juan Carmelo Zerillo di La Plata.
Menurut pihak berwenang di Argentina, ratusan suporterGimnasia berusaha masuk ke dalam stadion untuk menonton pertandingan.
Akan tetapi kapasitas stadion saat itu sudah penuh.
Oleh karenanya, mereka menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membuat para suporter itu mundur.
Namun keputusan itu membuat stadion dipenuhi dengan gas air mata. Dan ini membuat para pemain dan suporter menutup wajah mereka.
Pertandingan pun diberhentikan selama sembilan menit dan akhirnya ditunda.
Kepada ESPN, pemain Gimnasia Leonardo Morales mengatakan bahwa anak laki-lakinya yang masih berusia 2 tahun tidak bernapas.
Oleh karenanya,dia khawatir dengan para suporter di tribun.
"Kami takut kejadian ini menjadi bencana. Kami khawatir kerabat kami hampir mati," ucapnya.