Intisari-Online.com - Setelah Lady Diana Spencer menikah dengan Pangeran Charles pada tahun 1981, ia dikenal sebagai "People's Princess".
Meski Putri Diana meninggal dunia pada tahun 1997 silam, hingga kini dia masih disebut "People's Princess".
Namun faktanya Putri Diana bukanlah wanita pertama yang diberi nama "People's Princess".
Lebih dari 100 tahun sebelum Putri Diana lahir, Putri Charlotte dari Wales sudah pernah merebut hati rakyatnya.
Seperti Putri Diana, dia juga membuat negara berkabung atas kematiannya yang tiba-tiba dan tidak tepat waktu pada usia 21 tahun.
Bagaimana kisah Putri Charlotte dari Wales?
Dilansir dari thevintagenews.com pada Minggu (9/10/2022), ketika George, Pangeran Wales, menikahi Caroline dari Brunswick pada April 1795, sudah jelas sejak awal bahwa mereka tidak cocok.
Namun dari pernikahan itu, mereka memiliki satu anak yang diberi nama Charlotte Augusta, yang lahir pada 7 Januari 1796.
Akan tetapi kehadiran Putri Charlotte rupanya tidak bisa menyatukan kedua orangtuanya.
Bahkan praktis kedua orangtuanya tidak berperan dalam membesarkannya.
Di luar istana, semua pasti mengira kehidupan Putri Charlotte begitu indah karena dia akan mewarisi takhta setelah kematian ayahnya.
Semua orang melihatnya sebagai masa depan bangsa, seorang putri tercinta yang berdiri sangat kontras dengan kegilaan kakeknya dan pesta pora ayahnya.
Tapi faktanya kehidupannya begitu sepi.
Putri Charlotte tinggal bersama gundik-gundik ayahnya. Terkadang dia hidup berpindah-pindah.
Karena tidak ada orangtua yang tertarik untuk membesarkannya, maka Putri Charlotte diberarkan oleh sejumlah pengasuh.
Salah satu dari mereka, Lady de Clifford, yang mendisiplinkan Putri Charlotte kecil. Dan itu membuatnya tumbuh cukup keras kepala.
Sebagai satu-satunya cucu Raja, Putri Charlotte belajar banyak hal. Mulai dari pendidikan sejarah, menari, hingga menunggang kuda.
Hidup Putri Charlotte mulai berubah ketika dia menyuka jatuh cinta pada Letnan Charles Hesse dari Light Dragoons.
Sayangnya, ayahnya menyukai William, Pangeran Oranye dan ingin Charlotte menikahinya.
Terlepas dari keberatannya, Putri Charlotte akhirnya menandatangani kontrak pernikahan.
Tapi kesepakatan itu tidak bertahan lama ketika hatinya telah dicuri oleh pria lain.
Ditambah Putri Charlotte menolak untuk meninggalkan tanah airnya. Sementara Pangeran Oranye menolak tinggal di Inggris.
Akhirnya Charlotte memutuskan pertunangan.
Sikap Putri Charlotte yang tidak mau meninggalkan negaranya, memicu simpati besar di antara masyarakat.
Dia juga dipuji karena tidak ingin menikah dengan orang asing dan meninggalkan tanah airnya.
Suatu hari, Charlotte memutuskan bahwa Pangeran Leopold adalah pria yang tepat untuknya.
Pernikahan berlangsung pada tanggal 2 Mei 1816.
Pasangan itu sangat populer hingga sebuah tragedi terjadi.
Selama satu kunjungan opera, Charlotte jatuh sakit, dan kemudian dipastikan dia mengalami keguguran.
Pada April 1817, dia hamil lagi. Tapi anak ini bisa membahayakan nyawanya.
Selama kehamilan, kesehatan Charlotte benar-benar dipantau.
Butuh dua hari lagi sebelum Charlotte bisa melahirkan anak itu. Sayangnya bayi laki-laki itu meninggal pada tanggal 5 November.
Setelah melahirkan, kesehatan Charlotte memburuk. Dia mulai muntah, kesulitan bernapas, nyeri di perutnya, dingin saat disentuh, dan berdarah.
Pada tanggal 6 November dini hari, Charlotte meninggal dunia.
Pria yang bertanggung jawab atas kehamilan dan kelahiran Charlotte adalah dokter Sir Richard Croft.
Setelah tragedi ini, banyak masyarakat menyalahkan dia atas kematiannya.
Tiga bulan kemudian, Croft menembak dirinya sendiri.
Sementara kematian Putri Charlotte langsung membuat duka di seluruh Inggris Raya.
Toko-toko, Royal Exchange, Pengadilan Hukum, dan bahkan dermaga semua tutup selama dua minggu.
Semua orang, termasuk orang miskin dan tunawisma, mengikatkan ban lengan hitam pada pakaian mereka.
Pemakaman Charlotte berlangsung pada 19 November 1817.
Charlotte, dengan bayi laki-lakinya dibaringkan berdampingan dan dimakamkan di Kapel St. George di Kastil Windsor.
Dengan kematian Putri Charlotte, satu-satunya pewaris sah, keluarga kerajaan sempat berada dalam kekacauan.
Siapa yang akan mewarisi takhta?
Banyak orang yang mendesak putra-putra Raja George III untuk menikah. Hingga putra keempat Raja, Pangeran Edward, Adipati Kent dan Strathearn, tergerak untuk melamar Victoria, Janda Putri Leiningen dan juga saudara perempuan Leopold.
Dia berusia 50 tahun pada saat pernikahan mereka, tetapi persatuan mereka tetap berhasil menghasilkan seorang putri, Alexandrina Victoria.
Putri Victoria inilah yang nantinya menjadi Ratu Victoria pada tahun 1837, Ratu memerintah Inggris dan Irlandia selama 63 tahun.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR