Intisari-Online.com – Gerakan 30 September atau G30S/PKI meninggalkan luka mendalam bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi keluarga korban.
Salah satu yang menjadi korban keganasan G30S/PKI adalah Jenderal Achmad Yani.
Salah seorang putrinya, Amelia Achmad Yani, diwawancarai oleh wartawan Kompas.com, Widianti Kamil, yang ketika itu sedang mengenang peristiwa G30S/PKI di Sarajevo pada 3 Oktober 2017 waktu setempat.
Berikut ini petikan wawancara yang terjadi tersebut.
Meskipun belum tanggal 30, setiap kali memasuki bulan September, Amelia Achmad Yani selalu mengingat peristiwa yang tidak bisa dilupakannya itu, bak sebuah potret yang berjalan.
Tiba-tiba dia melihat ayahnya diseret, tiba-tiba mendengar suara tembakan yang menggelegar, begitu terus sampai tanggal 30 September.
Dan setiap tanggal 30 September, di mana pun Amelia berada, dia akan membuat tahlilan, yang waktunya disesuaikan dengan tanggalnya di Jakarta, termasuk jamnya.
Meski setiap tanggal 1 Oktober diperingati secara nasional Hari Kesaktian Pancasila, namun di tahun ini menjadi berbeda karena adanya pemutaran kembali film Pengkhianatan G30S/PKI, yang telah 15 tahun lebih tidak pernah diputar lagi.
Ini membuat rakyat lupa bahwa pernah terjadi sebuah pengkhianatan terhadap negara.
Amelia menulis buku tentang ayahnya dan peristiwa G30S/PKI mulai tahun 1988 dan pada era media sosial, termasuk menulis di Facebook.
“Saya ingin generasi muda belajar dari peristiwa-peristiwa sebelumnya, sehingga mereka tahu bahwa negara ini dibentuk dari sebuah revolusi, dari sebuah kebersamaan, dengan landasan Pancasila,” jawab Amelia ketika ditanya apa tujuan menulis buku itu.
Dia sempat berpikir anak muda banyak yang terkait dengan hal-hal negatif, ternyata banyak pemuda Indonesia, mahasiswa, yang ingin mengetahui sejarah bangsa sendiri.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR