Find Us On Social Media :

‘Kenapa Ayah Mau Dibunuh, Mama?’ Kalimat Terakhir Pendekar Cilik Korban G30S/PKI

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 28 September 2022 | 08:10 WIB

Ade Irma Suryani, dan diorama yang ada di Museum AH Nasution.

Intisari-Online.comPeristiwa G30S/PKI yang merongrong bangsa Indonesia pada 57 tahun lalu, tepatnya tanggal 30 September 1965, menyisakan duka mendalam bagi bangsa Indonesia, terutama bagi keluarga korban keganasan G30S/PKI.

Peristiwa Gerakan 30 September yang lebih dikenal dengan sebutan G30S/PKI memakan korban para petinggi TNI AD yang loyal pada bangsa.

Bila Anda belum lahir pada tahun itu, tapi Anda pernah menonton film Pengkhianatan G30S/PKI, maka Anda bisa membayangkan suasana mencekam yang terjadi pada saat itu.

Petinggi TNI AD yang menjadi korban itu ‘dihabisi’ oleh Pasukan Cakrabirawa, dan salah seorang gadis cilik.

Gadis cilik itu adalah Ade Irma Suryani, yang tewas bersimbah darah dalam pelukan ibunya, Johanna Sunarti Nasution.

Dia menjadi ‘tameng’ sang ayah, Jenderal AH Nasution, yang menjadi target para penculik malam itu.

Mengutip dari Tribun Jabar, Hendriati Sahara Nasution, putri sulung Jenderal AH Nasution, menceritakan peristiwa yang merenggut nyawa adiknya pada peristiwa G30S/PKI.

Hendriati mengisahkan bahwa adiknya tewas karena tembakan dari jarak dekat.

Peristiwa berdarah itu bisa digambarkannya dengan jelas, karena dia berada di tempat kejadian.

Kediaman AH Nasution yang berada di Menteng, Jakarta Pusat, sekarang menjadi Museum.

Kejadiannya pada pukul 03.30 WIB, ketika Jenderal AH Nasution dan Johanna terbangun dari tidur mereka, gara-gara nyamuk.

“Pukul 03.30 pagi, ibu saya dan ayah terbangun gara-gara nyamuk. Terdengar pintu digerebek, ibu saya melihat pasukan Cakrabirawa masuk,” kata Hendriati.