Penulis
Intisari-Online.com - Dalam poster film G30S PKI yang dirilis Perusahaan Produksi Film Negara (PPFN), terpampang sejumlah pemeran tokoh utama film tersebut.
Ada pula keterangan nama-nama aktor pemerannya, satu di antaranya adalah pemeran Mayor Jenderal Soeharto.
Film G30S PKI yang berjudul 'Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI' rilis pada tahun 1984.
Film tersebut disutradari sutradara kawakan Arifin C Noer.
Ada sejumlah fakta menarik film ini, salah satunya yaitu dalam pembuatannya menghabiskan anggaran sebesar Rp 800 juta, dan pengerjaannya memerlukan waktu dua tahun.
Selain itu, film ini memecahkan rekor penonton wilayah DKI melebihi film-film sebelumnya.
Film produksi PPFN tersebut terhitung sampai Desember 1984, menarik penonton di DKI Jakarta hingga 699.282.
Jumlah itu mengungguli top box office 1982 yakni Nyi Blorong yang mencetak penonton 354.790 penonton.
Usai dibuat, film G30S/PKI ini semoat menjadi film yang wajib diputar setiap tahun.
Setelah wajib diputar selama 13 tahun tiap menjelang peringatan Hari Kesaktian Pancasila di era kepemimpinan Soeharto, hal itu dihentikan pada tahun 1998.
Banyak yang menyebut fim G30S/PKI merupakan film propaganda ala rezim orde baru pimpinan Presiden Soeharto.
Dalam peristiwa G30S PKI, Mayjend Soeharto sendiri saat itu menjadi sosok yang berperan memimpin penumpasan pemberontakan tahun 1965.
Inilah sosok yang memerankan Mayjend Soeharto dalam film G30SPKI berjudul 'Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI'.
Pemilihan aktor untuk film ini tak sembarangan. Amoroso Katamsi, merupakan sosok yang terpilih sebagai pemeran Mayjend Soeharto.
Amoroso Katamsi sendiri ternyata merupakan seorang perwira TNI berpangkat Laksamana Pertama TNI (Purn.)
Ia lahir di Batavia (Hindia Belanda) pada 21 Oktober 1938 dan meninggal di Jakarta pada 17 April 2018.
Melalui film G30S/PKI ini, ia dikenal luas hingga pernah menjadi ketua PARFI.
Masa kecil hingga remaja, sudah ia habiskan dengan menari, bersandiwara dan menyanyi.
Sahabatnya, Kris Biantoro mengajaknya bermain band, dan ia menjadi vokalisnya.
Tetapi, saat ia masih duduk di bangku SMP, neneknya meninggal akibat operasi yang dilakukan gagal. Ia terpukul, lalu ia bertekad menjadi dokter.
Selepas lulus SMA, ia ke Yogyakarta untuk melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Rupanya kuliah di jurusan Kedokteran tak membuatnya lepas dari dunia seni. Di Yogyakarta, ia sering ikut sandiwara radio RRI Yogyakarta.
Sembari kuliah, ia tak meninggalkan kegemarannya berdeklamasi.
Bahkan, dalam sebuah lomba deklamasi dimana W.S. Rendra menjadi jurinya, Rendra tertarik dengan penampilannya dan mengajaknya bermain drama bersama kelompok Studi Drama Jogja.
Melalui grup itulah ia bertemu dengan Arifin C. Noer.
Sempat menjadi dokter di Cilacap, Jawa Tengah, setelah menetap di Jakarta, Amoroso Katamsi bertemu lagi dengan Arifin C. Noer.
Karena aktif di atas panggung teater bersama kelompok Teater Kecil pimpinan Arifin C. Noer dan tampil di layar lebar sejak bemain dalam film Menanti Kelahiran (1976), ia dikenal secara luas sebagai seorang perwira militer yang aktif berteater.
Saat Arifin C. Noer membuat film Pengkhianatan G30S/PKI, ia pun terpilih memerankan tokoh Soeharto.
Ia tak main-main dalam memerankan tokoh tersebut.
Dalam mempersiapkan diri, ia pun berkesempatan sehari bersama Soeharto di peternakan Tapos, Bogor, Jawa Barat.
Observasi dilakukan sedetail mungkin agar bisa memerankan Soeharto sebaik-baiknya.
Kerja kerasnya tak mengkhianati. Amoroso dua kali masuk nominasi FFI, sebagai aktor utama dalam Serangan Fajar (1981) pada Festival Film Indonesia 1982, dan sebagai aktor utama dalam Pengkhianatan G30S/PKI (1983) pada Festival Film Indonesia 1984.
Dia pun diangkat menjadi direktur Perusahaan Film Negara pada tahun 1990 oleh Presiden Soeharto. Ini menjadi jabatan yang diembannya selama delapan tahun.
Amoroso juga pernah menjadi Sekretaris Dewan Juri Film Cerita pada Festival Film Indonesia 1990 sampai dengan tahun Festival Film Indonesia 1992, menjadi Ketua Dewan Juri Sinetron Cerita pada Festival Sinetron Indonesia 1995.
Ia pensiun dari Angkatan Laut dengan pangkat terakhir Laksamana Pertama.
Tidak pernah kehilangan kesibukan, di ranah pendidikan, ia dipercaya menjadi Pembantu Rektor Institut Kesenian Jakarta dan Universitas Islam As-Syafiiyah.
Sementara itu, di ranah kedokteran ia ditunjuk sebuah rumah sakit di Cilacap, Jawa Tengah, dan membuat grup teater yang latihannya Subuh karena malam hari buka praktek dokter.
Ia juga sempat menjadi pengurus teras Gerakan Kwartir Nasional Pramuka.
Setelah merasa kehilangan kesibukan dengan berakhirnya tugasnya di ke-Pramuka-an, waktunya kemudian diisi dengan sesekali syuting sinetron.
Beberapa sinentron yang pernah dibintanginya, yaitu Si Doel Anak Sekolahan (1997), Hidayah (2005), Di Atas Sajadah Cinta (2006), Hingga Akhir Waktu (2008), Anak Durhaka (2015), Tukang Bubur Naik Haji (2013), Orang-Orang Kampung Duku (2017), dan Tuhan Beri Kami Cinta (2017).
Amoroso mengembuskan napas terakhir pada Selasa (17/4/2018), setelah sempat dirawat di rumah sakit.
Itulah kisah dan profil pemeran Mayjend Soeharto dalam film G30S PKI 'Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI'.
(*)