Tujuan Pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948 Adalah untuk Apa? Inilah Pemberontakan Pertama di Indonesia setelah Merdeka

Khaerunisa

Editor

 Monumen kekejaman pembantaian PKI yang berada di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Monumen kekejaman pembantaian PKI yang berada di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Intisari-Online.com - Menjadi 'ujian' pertama Bangsa Indonesia setelah kemerdekaannya, tujuan pemberontakan PKI madiun tahun 1948 adalah untuk hal ini.

Indonesia akhirnya memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 setelah ratusan tahun dijajah bangsa asing.

Namun rupanya, kemerdekaan Indonesia bukanlah akhir dari perjuangan Bangsa Indonesia.

Bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih.

Selain dengan kedatangan kembali Belanda, Indonesia juga harus menghadapi sejumlah pemberontakan besar yang terjadi tak lama setelah proklamasi kemerdekaan.

Pemberontakan PKI Madiun dikenal sebagai salah satu pemberontakan besar yang pernah terjadi di Indonesia, sekaligus yang pertama sejak kemerdekaannya.

Puncak pemberontakan PKI Madiun terjadi pada 18 September 1948, saat itu Madiun pemberontak berhasil menguasai kota Madiun.

Selain itu, para pemberontak juga mengumumkan berdirinya Republik Soviet Indonesia.

Mendirikan Republik Soviet Indonesia menjadi tujuan Pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948.

Tujuan Pemberontakan PKI Madiun 1948 adalah untuk menggulingkan pemerintah yang sah yaitu Republik Indonesia dan mengganti landasan negara dengan ideologi komunis.

Pada 19 September 1948 malam, Soekarno menyatakan bahwa pemberontakan Madiun adalah upaya untuk menggulingkan pemerintah Indonesia dan Musso sudah membentuk "Republik Soviet Indonesia".

Soekarno mengecam aksi PKI di Madiun, menyebutnya sebagai tindakan yang memecah belah umat dan pengacau.

Mengutip kemendikbud.go.id, untuk mengakhiri pemberontakan itu, pertama, Soekarno memperlihatkan pengaruhnya dengan meminta rakyat memilih Soekarno-Hatta atau Muso-Amir.

Kedua, Panglima Besar Sudirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan dibantu para santri.

Pada 30 September 1948, Madiun pun akhirnya dapat diduduki kembali oleh Republik Indonesia.

Menjadi salah satu pemberontakan besar di Indonesia dan yang pertama sejak kemerdekaannya, bagaimana awal mula pemberontakan ini?

Awal Mula Terjadinya Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948

Pemberontakan PKI Madiun ini diawali oleh jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin.

Amir Sjarifuddin sendiri dikenal sebagai sosok yang menorehkan perjuangan dalam tiga masa. Yaitu sejak pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, Pendudukan Jepang, hingga tiga tahun masa pertama Revolusi.

Setelah perjuangan meraih kemerdekaan Bangsa Indonesia membuahkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Amir Sjarifuddin dipercaya menjabat sebagai menteri, di antaranya menteri penerangan dan menteri pertahanan.

Kemudian, ia pun menjadi perdana menteri Indonesia kedua setelah Sutan Sjahrir, sejak 3 Juli 1947 hingga berakhir pada 29 Januari 1948.

Jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin pada 1948 terjadi setelah ia memimpin delegasi Indonesia dalam Perjanjian Renville, ia dituding membawa kerugian bagi Indonesia ketika mengadakan dengan Belanda tersebut.

Kabinet Amir Sjarifuddin pun tidak lagi mendapat dukungan, sejumlah partai politik menarik dukungannya dari pemerintah.

Kemudian, Mohammad Hatta menjadi sosok menggantikan Amir Sjarifuddin sebagai Perdana Menteri.

Fraksi Amir sempat ditawari posisi, tetapi tidak terjadi kesepakatan karena pihak Amir menginginkan posisi kunci.

Kala itu, setelah tidak dicapainya kesepakatan, Hatta akhirnya membentuk kabinet baru tanpa golongan sayap kiri.

Kecewa dengan keputusan Hatta, golongan sayap kiri mulai masuk ke pihak oposisi dan melakukan rapat di Surakarta pada 26 Februari 1948.

Rapat itu menghasilkan pembentukan Front Demokrasi Rakyat (FDR), yang dalam perkembangannya kemudian berubah menjadi radikal. Programnya fokus untuk menentang program Kabinet Hatta.

FDR ini terdiri dari PSI, PKI, PBI, Pesindo, dan SOBSI, dengan Amir Sjarifuddin sebagai pemimpinnya.

FDR memiliki dua basis kekuatan utama, yaitu TNI-Masyarakat dan SOBSI, yang merupakan organisasi buruh terbesar dengan hampir 300.000 anggota.

Kebencian FDR terhadap pemerintah semakin bertambah kala Hatta memulai program rasionalisasi dan memandang TNI-Masyarakat sebagai organisasi militer berhalun komunis yang tidak terlatih.

FDR mulai mencari dukungan dari para petani dan mendorong pemogokan buruh. Pemerintah pun marah dan menuding pemogokan sebagai tindakan yang membahayakan Republik.

Situasi Semakin Memanas setelah Kembalinya Musso. Musso adalah tokoh komunis senior Indonesia yang pernah belajar ke Uni Soviet, ia kembali dan membentuk badan baru yang terdiri dari partai-partai sayap kiri.

Mereka lantas melakukan perjalanan propaganda ke Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk menyebarkan komunisme.

Peristiwa inilah yang dijadikan alasan untuk melancarkan kampanye anti-PKI dan melakukan penculikan perwira kiri.

Puncak hingga Berakhirnya Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948

Memasuki September 1948, pemerintah dan golongan sayap kiri melancarkan aksi saling culik.

Puncak pemberontakan PKI Madiun pada 18 September 1948 terjadi ketika Madiun menjadi daerah yang tersisa sebagai benteng terakhir FDR.

Hal itu membuat pimpinan FDR lokal khawatir, kemudian pecahlah pemberontakan ini.

Pada 18 September 1948 pukul 03.00 pagi, FDR Madiun mulai merebut pejabat pemerintah daerah, sentral telepon, dan markas tentara yang dipimpin oleh Sumarsono dan Djoko Sujono.

Saat itu, hanya dalam hitungan jam, Madiun sepenuhnya sudah berhasil dikuasai FDR.

Pemberontakan PKI Madiun berakhir dengan ditangkap dan dieksekusinya para pemimpin pemberontakan ini.

Pada 28 Oktober, pemerintah menangkap 1.500 orang dan Musso berhasil ditembak mati pada 31 Oktober 1948 ketika sedang bersembunyi di kamar kecil.

Sebulan kemudian, 29 November, Djoko Sujono dan Maruto Darusman juga ditangkap.

Sementara itu, Amir juga menghadapi nasib yang sama. Ia ditangkap pada 4 Desember 1948.

Amir, Maruto, Djoko, Suripno, dan FDR lain yang tertangkap dieksekusi pada 19 Desember 1948.

Itulah bagaimana terjadinya, tujuan hingga berakhirnya Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948.

Baca Juga: Dalam Aksinya Para Tokoh PKI Madiun Mengumumkan Berdirinya Apa? Begini Pecahnya Pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948

(*)

Artikel Terkait