Sosok asli ayah Ferdy Sambo nyatanya bukanlah polisi, melainkan PNS dari dinas peternakan Makassar yang bernama William Sambo.
Kamaruddin, kemudian menuntaskan kerumitan pembunuhan berencana Brigadir J, perlu melibatkan TNI dan PPATK.
"Karena bagimana pun suka atau tidak mendengarnya, bukan saya memuja angkatan atau TNI, mereka itu terkenal disiplin dan sportif, kucing aja ditembak oleh jenderal hukumnya tegas, apalagi manusia," katanya.
"Beda sama polisi, suka merekayasa kejadian, artinya tidak semua polisi, tapi sebagian kecil saja. Tetapi yang suka merekayasa ini, kan dia berada di posisi puncak, karena sudah biasa menjilat ke istana dan pemerintahan," jelasnya.
Menurut Kamaruddin akan berbeda nasib perwira Polri yang tidak pandai menjilat dalam tugasnya.
"Yang kerjanya baik-baik tidak pandai menjilat sehingga tidak (mendapatkan) jabatan yang VIP, kan begitu," kata Kamaruddin.
"Oleh karena itu, ayo dong kalau mau membebaskan polisi dari tangan mafia, kita tolong polisi, karena banyak polisi yang baik-baik," sambungnya.
Sementara, Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto mengatakan Luger adalah senjata api yang nyaris tidak digunakan oleh perwira Polri.
"Ini senjata lama seperti itu, nyaris tidak digunakan kawan-kawan kepolisian. Artinya, ini bisa jadi senjata-senjata koleksi seperti itu," ujar Bambang.
"Siapa yang memiliki Luger ini sangat penting, karena tidak semua orang bisa memiliki senjata yang antik seperti itu, kecuali orang-orang yang memiliki aset dan memiliki kesenangan tersendiri terkait koleksi senjata," jelasnya.
Selain senpi Luger, senjata api lain yang teridentifikasi di TKP pembunuhan Brigadir J, adalah Glock 17 dan HS 9.
Source | : | KompasTV |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR