Intisari-Online.com – Kasus pembunuhan berencana Brigadir J telah memasuki bulan kedua dan belum ada titik terang dari kasus tersebut, meski sudah lima orang ditetapkan sebagai tersangka.
Setelah Bharada E, salah satu tersangka yang ditetapkan, mencoba untuk melawan sang atasan yang telah memerintahkannya, kini tersangka Ricky Rizal atau Bripka RR pun berbalik arah tak lagi mengikuti skenario yang dirancang Irjen Ferdy Sambo.
Bripka RR mengetahui dengan persis soal perencanaan pembunuhan, bahkan dia melihat langsung detik-detik penembakan Brigadir J di rumah Ferdy Sambo pada Jumat (8/7/2022).
Namun, belakangan ini Bripka RR secara terang-terangan mengungkapkan peristiwa berdarah yang menewaskan Brigadir J itu telah melibatkan dirinya, Ferdy Sambo, Richard Eliezer alias Bharada E, Putri Candrawathi, dan Kuat Ma’ruf.
Ada sejumlah pengakuan Bripka RR yang berbalik arah dari skenario rancangan Ferdy Sambo, yaitu:
1. Sempat ketakutan
Menurut Erman Umar, kuasa hukum Bripka RR, kliennya itu memang sempat mengikuti skenario penembakan yang dirancang oleh Ferdy Sambo, karena dia ketakutan menghadapi jenderal bintang dua Polri itu.
“Bukan (ancaman), dia takut,” kata Erman.
Namun, setelah mendapat kunjungan keluarganya yang memberikan penguatan bagi Bripka RR, barulah dia berbalik arah dan tidak lagi patuh akan skenario Ferdy Sambo.
Menurut Erman, mengutip dari kompas.com, Bripka RR didatangi keluarga, adik kandung dan istrinya yang meminta Ricky untuk bicara benar.
Klien Erman itu kini sudah mengungkapkan kejadian yang sesungguhnya dan tidak lagi mengikuti skenario Sambo dan dia terus mendorong Bripka RR agar terus berkata jujur.
2. Diminta untuk menembak
Bripka RR sempat diminta Ferdy Sambo untuk menembak Brigadir J, setibanya rombongan Bripka RR di rumah pribadi Sambo di Jalan Saguling, Jakarta Selatan, selepas perjalanan dari Magelang, Jawa Tengah, pada Jumat (8/7/2022).
Pada mulanya, Sambo menanyakan kepada Bripka RR apakah mengetahui peristiwa yang terjadi di Magelang, karena, menurut Sambo, istrinya, Putri Candrawathi dilecehkan oleh Brigadir J.
Tetapi, Bripka RR mengakui tidak tahu menahu tentang kejadian yang dimaksud itu.
Kemudian Sambo menanyakan kesediaan Ricky apakah sanggup menembak Brigadir J, tetapi Bripka RR mengaku mengatakan ketidaksanggupannya.
“(Sambo bertanya) ‘Kamu berani nembak? Nembak Yosua?’. Dia (Ricky) bilang, ‘Saya enggak berani, Pa, saya enggak kuat mental saya, Pak, enggak berani, Pak’,” ungkap kuasa hukum Bripka RR Erman Umar di Lobi Bareskrim Polri, mengutip Kompas.com, Kamis (8/9/2022).
Mendengar ketidaksanggupan Bripka RR itu, Sambo lantas memerintahkan anak buahnya itu untuk memanggil Richard Eliezer alias Bharada E, yang kemudian diminta menembak Brigadir J.
3. Sambo menembak dinding
Bripka RR yang berada di TKP penembakan di rumah dinas Ferdy Sambo di Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada Jumat (8/7/2022), tentu saja melihat langsung detik-detik Brigadir J dieksekusi.
Dari kesaksian Bripka RR, diketahui bahwa Bharada E menembak Brigadir J karena diperintah oleh Ferdy Sambo, namun dia mengaku tidak tahu apakah Sambo ikut menembak Yosua atau tidak.
Menurut Erman, setelah melihat Bharada E menembak Yosua, kliennya itu mendapat panggilan handy talkie (HT) dari ajudan Ferdy Sambo yang lain, yaitu Brigadir Romer, yang menanyakan perihal suara letusan senjata api itu.
Bripka RR merespons pertanyaan Romber dengan keluar sesaat meninggalkan rumah Ferdy Sambo, lalu kembali masuk rumah, dan saat itulah dia melihat Sambo menembak tangga dan dinding.
Rupanya Ferdy Sambo menembaki tangga dan dinding untuk memuluskan skenario baku tembak yang dirancangnya.
4. Skenario Ferdy Sambo
Ferdy Sambo sempat mengumpulkan anak buahnya setelah Brigadir J dieksekusi, demikian ungkap Bripka RR.
Ferdy Sambo yang mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) itu memerintahkan bawahannya agar mengikuti skenarionya tentang baku tembak antara Brigadir J dan Bharada E, yang mengakibatkan tewasnya Brigadir J.
Menurut dugaan Erman, para bawahan Ferdy Sambo itu dikumpulkannya di Provos Polri, Divisi Propam.
Beberapa bawahan Ferdy Sambo itu merupakan personel Propam yang kini diduga terlibat obstruction of justice atau upaya menghalangi penyidikan kematian Brigadir J.
5. Dijanjikan uang
Secara terang-terangan Bripka RR mengatakan bahwa dia sempat dijanjikan sejumlah uang oleh Ferdy Sambo setelah penembakan Brigadir J.
Menurut pengakuannya yang diungkapkan oleh kuasa hukumnya, uang itu diberikan Sambo sebagai ucapan terima kasih karena telah menjaga istrinya, Putri Candrawathi.
“Pak Sambo menyampaikan bahwa ini ada uang tetapi kalimatnya dalam BAP (berita acara pemeriksaan) yang saya baca itu karena kalian sudah menjaga ibu (Putri Candrawathi),” kata Erman Umar, kuasa hukum Bripka RR.
Erman menyebutkan bahwa uang tersebut sudah diambil kembali oleh Sambo, tetapi tidak dirinci berapa jumlahnya.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari