Seperti telah dijelaskan, ritual ‘pertumpahan darah’ setara dengan inisiasi pria.
Yang membedakan Sambia dari kelompok lain adalah bagian kedua dari ritual inisiasi kedewasaan anak laki-laki, yaitu minum air mani.
Suku Sambia percaya bahwa pria dan wanita dilahirkan dengan tingu.
Tingu adalah bagian tubuh yang memungkinkan untuk melakukan prokreasi.
Tingu seorang wanita siap untuk reproduksi ketika dia pertama kali menstruasi.
Sementara tingu seorang pria lahir dalam keadaan mengerut dan kering dan satu-satunya cara untuk mengisinya adalah meminum ‘susu pria’ atau air mani pria dewasa lainnya.
Mereka percaya bahwa dengan meminum esensi laki-laki dari laki-laki lain, maka anak laki-laki akan menjadi kuat dan jantan.
Dilakukan di hutan dengan privasi, seorang anak laki-laki akan melakukan fellatio pada seorang pria muda, biasanya yang belum menikah antara usia 13 dan 21 tahun.
Anak laki-laki itu didorong untuk ‘minum esensi laki-laki’ sebanyak mungkin agar menjadi kuat.
Sekitar usia 13, melansir artofmanliness, seorang pria muda mulai pubertas dan tahap lain dalam inisiasi pun dimulai.
Ritual lain mimisan terjadi bersamaan dengan beberapa pemukulan untuk menyucikan pemuda itu.
Anak laki-laki itu sekarang dianggap bujangan dan akan memberikan ‘susu laki-laki’ kepada anak laki-laki lain yang baru memulai jalan menuju kedewasaan.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR