Intisari-Online.com – Di negara kecil Papua Nugini, ada lebih dari 1.000 kelompok budaya yang berbeda.
Di antara mereka adalah suku Sambia, sebuah kelompok dengan ritual peralihan menuju kedewasaan yang mungkin paling ‘gila’ di dunia.
Inisiasi kedewasaan dimulai pada usia tujuh tahun dengan pemisahan anak laki-laki dari ibunya.
Anak laki-laki itu menghabiskan sisa masa mudanya hanya di hadapan laki-laki di gubuk yang semuanya laki-laki.
Pemisahan secara gender dilakukan secara ekstrem dilakukan pada anak laki-laki dan perempuan, bahkan mereka menggunakan jalur jalan kaki yang berbeda di sekitar desa.
Setelah dipisahkan dari wanita, anak laki-laki menjadi sasaran beberapa ritual perpeloncoan brutal.
Yang pertama, melibatkan upacara 'pertumpahan darah' dari hidung.
Prosedurnya sangat kasar, tetapi efektif.
Anak laki-laki itu ditahan di sebatang pohon dan rerumputan dengan tongkat yang kaku dan tajam ditusukkan ke hidungnya sampai darah mulai mengalir dengan bebas.
Begitu para tetua melihat darah, maka mereka mengeluarkan teriakan perang bersama-sama.
Setelah ‘pertumpahan darah’, anak laki-laki mengalami pemukulan dan cambukan yang parah.
Tujuan ritual itu adalah untuk menguatkan anak laki-laki dan mempersiapkan mereka untuk hidup sebagai pejuang.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR