Desa-desa dan kota-kota kecil itu berhasil bertahan selama beberapa dekade.
Jika seseorang melakukan perjalanan ke Gurun Sahara, mereka akan melihat betapa sepinya Sahara dan dapat dengan jelas mengatakan bahwa karavan tidak lagi melewati daerah tersebut.
Tempat-tempat yang dulunya unggul di padang pasir sekarang menjadi kota hantu.
Namun ada sebuah kota gurun yang bertahan. Salah satunya adalah Chinguetti, Mauritania. Kota gurun ini dilindungi oleh pegunungan di satu sisi dan dataran tinggi di sisi lain.
Jika seseorang berjalan di padang pasir, mereka pasti akan berpikir bahwa desa kecil itu hanyalah fatamorgana.
Bahkan para arkeolog mengalami kesulitan memahami mengapa desa itu masih berdiri tak tersentuh, seolah-olah alam memutuskan untuk tidak merusaknya, seperti desa lain yang pada akhirnya akan rusak.
Karena desa dalam kondisi baik, orang dapat berkeliling desa. Rumah-rumah pasir kecil memiliki pintu kayu, bukaan di dinding (mungkin untuk jendela), dan jalan-jalan labirin.
Namun, banyak yang tidak tahu bahwa desa ini memiliki salah satu perpustakaan paling rapi pada zaman itu. Setiap buku dan gulungan tidak tersentuh oleh lapisan debu dan pasir.
Bahkan masih ada pustakawan yang bekerja di perpustakaan, memenuhi kebutuhan siapa pun untuk menambah pengetahuan, seperti yang dilakukan penduduk desa gurun lainnya.
Ada volume kulit, buku, buklet, dan bahkan vellum.
Ruang perpustakaan dipenuhi dengan aroma buku-buku tua. Karena buku-buku yang begitu kuno, pengunjung sekarang diharuskan memakai sarung tangan.
Menariknya, perpustakaan biasanya mewakili pelanggan berstatus tinggi, tetapi perpustakaan di seluruh Chinguetti ini gratis dan tidak ada untuk menghasilkan uang.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR