Intisari-Online.com - China tidak main-main ketika ketegangan dengan Amerika Serikat (AS) meningkat di Taiwan.
Bahkan dilaporkan China sedangmengembangkan enam kapal perusak berpeluru kendali yang lebih canggih untuk Angkatan Lautnya.
Kapal perusak yang sedang dibangun China itu bertipe kapal perusak kelas Luyang III Tipe 052D di galangan kapal Dalian di timur laut negara itu, menurut Naval News.
Dilansir dari express.co.uk pada Kamis (1/9/2022), keenamnya akan dipersenjatai dengan peluru kendali taktis dan sistem radar canggih.
Panjangnya 157 meter dan dikatakan sebagai salah satu kapal perang paling canggih di China.
Kapal memiliki bobot 7.500 ton, 64 sistem peluncuran vertikal untuk rudal, dan meriam 130mm terpasang.
Enam kapal perusak tambahan akan menambah kapal China yang sudah menjadi Angkatan Laut terbesar di dunia, dengan total 777 kapal perang saat ini.
Dan sudah memiliki armada 25 kapal perusak Tipe 052D setelah delapan dibangun tahun lalu.
Prof John Blaxland dari pusat studi strategis dan pertahanan Universitas Nasional Australia, mengatakan ini adalah lebih banyak bukti bahwa militer China tumbuh secara eksponensial dan menjadi sangat mengkhawatirkan.
“Ketika Anda melihat kemampuan (China) itu tumbuh secara eksponensial," kataProf John Blaxland.
“Mereka dirancang untuk menegaskan pengaruh China agar sesuai dengan pertumbuhan ekonominya."
"Tidak hanya di Laut China Selatan, tetapi juga lebih ekspansif melalui Indo Pasifik dan Samudra Pasifik."
Dan itu terjadi ketika ketegangan antara AS (yang memiliki 490 kapal perang di Angkatan Laut) dan China telah meningkat setelah kunjungan Nancy Pelosi ke pulau Taiwan.
Setelah kunjungannya ke negara itu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS menekankan bahwa AS tidak dapat membiarkan pemerintah China mengisolasi Taiwan.
China langsungmengutuk kunjungannya, dan tak lama setelah itu melakukan latihan militer dan menembakkan rudal dalam peringatan horor ketika kekhawatiran akan invasi ke pulau itu melonjak.
Sementara operasi militer China di sekitar Taiwan sejak itu melambat, levelnya masih lebih tinggi dari yang secara historis normal.
Namun terlepas dari ini, para ahli telah memperingatkan bahwa China dapat menggunakan kartu nuklir saat perseteruan terus berlanjut.