Kisah Ratu Wencheng, Putri China dari Dinasti Tang yang Jadi Ratu Tercinta Tibet, Sebarkan Agama Buddha ke Seluruh Tibet Hingga Bawa Banyak Adat China ke Negara Itu

K. Tatik Wardayati

Editor

Putri Wencheng, putri dinasti Tang China yang menjadi Ratu tercinta Tibet.
Putri Wencheng, putri dinasti Tang China yang menjadi Ratu tercinta Tibet.

Intisari-Online.comRatu Wencheng adalah salah satu ratu Tibet yang paling dicintai.

Dia merupakan seorang putri dari Dinasti Tang dan menikah dengan Raja Songtsen Gampo dari Tibet sebagai bagian dari aliansi perkawinan.

Dia membawa banyak adat China ke Tibet, seperti pertanian, arsitektur, dan musik.

Tetapi, sumbangan terbesarnya adalah menyebarkan agama Buddha ke seluruh Tibet.

Itu membuat Ratu Wencheng tetap menjadi ikon populer di China dan Tibet.

Di Tibet, kedatangannya dan ulang tahunnya masih dirayakan.

Ratu Wencheng, yang dikenal dengan nama Tibet, Mun-sen Kon-co, lahir sekitar tahun 623 M.

Ayahnya adalah Li Daozong, sepupu Kaisar Taizong.

Wencheng diadopsi dan dibesarkan oleh Kaisar Taizong dari Tang.

Kaisar Taizong memberikan putri angkatnya itu pangkat Putri dan mendidiknya dalam teks-teks klasik Konfusianisme.

Pada tahun 640 M, Raja Songtsen Gampo, yang adalah pendiri Tibet, meminta Kaisar Taizong untuk menjadikan Wencheng sebagai mempelai wanita China.

Ini merupakan pertukaran budaya antara Tibet dan China.

Kaisar Taizong juga melihat manfaat dari aliansi perkawinan antara Tibet dan China, yang akan mengamankan perdamaian di sepanjang perbatasan China dan Tiibet.

Kaisar Taizong menyetujui aliansi pernikahan dan menjadikan Putri Wencheng sebagai pengantin Raja Songtsen Gampo.

Pada tahun 641 M, Putri Wencheng meninggalkan ibu kota Chang’an dan melakukan perjalanan ke Lhasa untuk menjadi Ratu Tibet.

Sebelum dia pergi, Kaisar Taizong menginstruksikannya dalam peran yang harus dia mainkan sebagai Ratu Tibet, yaitu membawa budaya dan agama China ke Tibet.

Dia juga harus berperan untuk membina hubungan baik antara kedua negara.

Putri Wencheng mengerti bahwa dia menjadi duta besar China di Tibet.

Kaisar Taizong memberinya pakaian sutra, perhiasan, buku yang kemudian disimpan di perpustakaan Tibet, dan perabotan.

Kaisar juga memberinya biji-bijian dan peralatan pertanian yang akan berguna bagi orang Tibet ketika mereka mengadopsi metode pertanian China dan menggunakan kalender lunar China.

Kaisar Taizong juga mengirimkan instrumen yang nantinya akan menginspirasi musik Tibet.

Kaisar Taizong juga mengirimkan perajin yang ahli dalam ilmu pengetahuan and teknologi, yang nantinya bermanfaat bagi orang Tibet, karena mereka akan belajar cara membuat kertas, menenun tekstil, membuat tembikar, belajar arsitektur, dan memfermentasi anggur.

Namun, hadiah terbesar yang dikirim Kaisar Taizong untuk menemani Putri Wencheng adalah patung perunggu Budda Sakyamuni.

Dalam perjalanannya Putri Wencheng dikawal oleh Li Daocheng, salah satu kerabat kekaisaran.

Ketika dia tiba di Tibet, orang-orang Tibet menyambutnya dengan memberinya hadiah berupa yak, sapi, kuda, dan perahu.

Mereka juga menyediakan minuman, makanan, dan lagu untuk pengiringnya menyambut sang Putri ke negara mereka.

Sebulan setelah meninggalkan Chang’an, putri Wencheng akhirnya bertemu dengan pengantin prianya, Raja Songtsen Gampo, di dekat Danau Zalin.

Dia menemaninya ke Lhasa, lalu membawanya ke istana besar Potala yang memiliki seribu kamar, yang kemudian menjadi rumah Dalai Lama.

Merekak kemudian menikah di kuil Guanyin.

Setelah menikah, Raja Songtsen Gampo menganugerahkan pada Wencheng status Ratu.

Sayangnya, Ratu Wencheng tidak memiliki anak dari Raja Songsten Gampo.

Raja Songtsen Gampo sendiri memiliki empat istri lagi, yang seorang adalah Putri Nepal dan tiga lainnya dari Tibet.

Tiga istri Tibetnya itu memiliki putra yang akan melanjutkan dinastinya.

Meskipun tidak memiliki anak, namun Ratu Wencheng masih mengubah budaya Tibet melalui hadiah yang dia bawa dari China.

Orang Tibet meninggalkan cara hidup nomaden mereka dan memeluk budaya China, melansir History of Royal Women.

Mereka tidak lagi tinggal di tenda-tenda tetapi di rumah-rumah berarsitektur China.

Mereka mengadopsi pertanian China dan menggunakan kalender lunar China, menggunakan alat musik petik China, mengadopsi layanan pos China yang membuktikan cara berkomunikasi yang lebih cepat di Tibet.

Banyak bangsawan di Tibet mengadopsi pakaian sutra.

Karena tahu cara membuat kertas, maka Raja Songtsen Gampo menciptakan sistem penulisan baru di Tibet berdasarkan bahasa Sansekerta.

Sistem penulisan ini membantu orang Tibet menulis hukum, catatan istana, dan kitab suci Buddhis.

Mereka juga menjalin perdagangan antara Tang China dan Tibet.

Sejak kedatangan Ratu Wencheng, Tibet tidak pernah sama lagi.

Sumbangan terbesar Ratu Wencheng ke Tibet adalah menyebarkan agama Buddha ke seluruh Tibet.

Sebelum Buddha, orang Tibet mempraktikkan agama lokal yang disebut Bon, yang mempercayai pada sihir dan setan.

Ketika Ratu Wencheng tiba di Tibet, dia membangun kuil Buddha Jokhang, untuk menempatkan patung Buddha Sakyamuni.

Dia dan Raja Songtsen Gampo menanam pohon willow di depan kuil.

Kuil ini kemudian sangat populer di kalangan orang Tibet sehingga mereka meninggalkan agama Bon dan mulai mengadopsi agama Buddha.

Kuil Buddha Jokhang masih bisa dilihat sampai sekarang.

Pada tahun 649 M, Kaisar Taizong meninggal, dan Raja Songtsen Gampo serta Ratu Wencheng sangat sedih.

Raja Songtsen Gampo mengirimkan persembahan korban untuk pemakamannya.

Dia juga mengirim surat kepada Kaisar baru, Gaozong, meyakinkan tentang kesetiaannya dan akan membantu China secara militer kapan pun mereka membutuhkan bantuan.[

Kaisar Gaozong berterima kasih kepada Raja Songtsen Gampo dan memberinya posisi Hakim Xihai.

Setahun kemudian pada tahun 650 M, Raja Songtsen Gamp meninggal, yang membuat Kaisar Gaozong sedih dengan kematiannya.

Dia mengirim seorang pejabat istana terkemuka untuk menghadiri pemakaman Raja Tibet dan untuk menyampaikan belasungkawa kepada Ratu Wencheng.

Ratu Wencheng meminta Kaisar Gaozong untuk menyediakan Putri Tang untuk Raja Tibet yang baru, namun diabaikannya permintaan itu.

Itu akan menjadi lima puluh tujuh tahun lagi sebelum Dinasti Tang akan mengirim putri lain ke Tibet.

Putri Jincheng yang menikah dengan Kaisar Tride Tsuktsen dari Tibet pada tahun 707 M.

Ratu Wencheng tidak pernah kembali ke Tang Cina, dia tinggal di Tibet selama empat puluh tahun.

Dia meninggal pada tahun 680 M, yang membuat orang-orang Tibet sangat berduka atas kematiannya dan memberinya pemakaman yang tidak pernah dilakukan oleh wanita Tibet sebelumnya.

Perbuatan baiknya dibacakan dan dicatat. Dia masih tetap dicintai oleh China dan Tibet hari ini.

Tanggal kedatangan dan ulang tahunnya masih dirayakan di Tibet setiap tahun.

Kisahnya diceritakan selama berabad-abad melalui drama dan lagu di Cina dan Tibet.

Orang Tibet akan selalu mengingat Ratu mereka dan sumbangan yang telah diberikannya untuk membantu memperkuat negara angkatnya.

Baca Juga: Bak ‘Sebuah Kehidupan dalam Bayang-bayang’, Inilah Kisah Ratu Sirikit dari Thailand, yang Hari Ini Berulang Tahun ke-90, Sempat Jalani Operasi Plastik di Amerika Serikat

Baca Juga: Misteri Hilangnya Ratu Anglo-Saxon Cynethryth Mungkin Segera Dipecahkan Oleh Arkeolog dengan Temuan dari Situs Biara di Sepanjang Rute Sungai Thames

Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari

Artikel Terkait