Sekali lagi, ia ditemani oleh pemegang sandal, yang dalam hal ini membawa bejana penyucian.
Di depan Raja adalah wazir dan empat pembawa standar yang mengacu pada berbagai nome atau prefektur negara.
Di sebelah kanan ada sepuluh tubuh yang dipenggal secara ritual, dengan kepala diletakkan di antara kaki mereka, mengacu pada kemenangan Narmer atas lawan-lawannya.
Di atas mereka adalah elang dan perahu simbolis, mungkin digunakan untuk ziarah ke kota-kota suci Delta Barat.
Lantai tiga sepenuhnya ditempati oleh dua hewan berkaki empat yang fantastis dengan leher panjang yang saling terkait, yang dua pelayan berusaha untuk pegang erat-erat dengan tali.
Tentunya itu adalah alegori penyatuan dan perdamaian yang dicapai antara Utara dan Selatan Mesir kuno berkat pemerintahan firaun.
Di dasar seluruh komposisi, Narmer ditampilkan sebagai banteng kuat (ka-nkht) yang mampu meruntuhkan tembok benteng, dengan salah satu musuhnya terbaring di bawah kakinya.
Menurut sejarawan, adegan ini harus mewakili apa yang disebut "kemenangan putih", fase terakhir dari perang untuk penyatuan Mesir kuno.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR