Intisari-Online.com - Soekarno dan Mohammad Hatta dikenal sebagai Bapak Proklamator Indonesia.
Bahkan nama Soekarno dan Mohammad Hatta tertulis dalam teks proklamasi sebagai wakil Indonesia.
Tak lama kemudian, keduanya terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia.
Namun tahukah Anda bahwa ada satu sosok yang disebut paling layak membacakan teks proklamasi selain Soekarno dan Moh Hatta?
Siapakah dia?
Dalam buku berjudul "Sjahrir: Politik dan Pengasingan di Indonesia" yang ditulis oleh Rudolf Mrazek, Sutan Sjahrir mencari Tan Malaka pada Juli 1945.
Menurut Sutan Sjahrir, Tan Malaka adalah tokoh yang paling layak membacakan teks proklamasi.
Ada beberapa alasan mengapa Sutan Sjahrir berkata seperti itu.
Meski dia dan Tan Malaka sama-sama tokoh gerakan bawah tanah menentang Jepang, Sutan Sjahrir merasa tidak pantas. Karena dia kurang popular.
Akan tetapi sangat sulit mencari di mana keberadaan Tan Malaka. Ini karena dia sedang berada dipelarian.
Dan ketika Sutan Sjahrir berhasil menemukan Tan Malaka, dia malah tidak siap untuk membacakan teks proklamasi.
Sutan Sjahrir kecewa. Mengingat Tan Malaka juga berperan penting dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Bahkan dia adalah konseptor pertama Republik Indonesia.
Bukti ini tertuang dalam salah satu opus magnum-nya, Naar de Republiek Indonesia, buku yang ia susun tahun 1925 saat masih di Belanda.
Bahkan buku ini merupakan pegawangan wajib para tokoh pergerakan nasional, termasuk Soekarno sendiri.
Pada akhirnya, Tan Malaka memang tidak tidak bisa hadir pada saat proklamasi. Namun perannya tetap penting.
Tan Malaka memang tidak bisa muncul seenaknya. Sebab dia masih berstatus sebagai buronan pemerintah militer Jepang.
Namun 3 minggu setelah Indonesia merdeka, Soekarno menyuruh Sayuti Melik mencari Tan Malaka.
Tak hanya itu, dalam sebuah kesaksiannya yang pernah dimuat di Sinar Harapa 1976, Sayuti mengatakan bahwa Soekarno pernah berpesan kepada.
Kata Soekarno, jika terjadi sesuatu dengan dirinya dan Hatta, dia meminta kepada Tan untuk mengganti posisi dirinya.
Namun amanah Soekarno itu ditanggapi dengan biasa oleh Tan.
Bahkan dia tetap menjadi tokoh yang dikejar-kejar hingga dia meninggal dunia pada 1049 di ujung bedil tentara republik di seputaran Kediri, Jawa Timur.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR