Advertorial
Intisari-Online.com - Inilah sejarah Museum Kereta Api Ambarawa, tempat yang kini menyimpan puluhan lokomotif kereta uap kuno dan berbagai koleksi bersejarah lainnya.
Museum Kereta Api Ambarawa secara administratif berada di Desa Panjang, Ambarawa, Semarang.
Museum yang terletak pada ketinggian +474,40 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang.
Museum ini dikelola oleh KAI Wisata bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Di Museum Kerata Api Ambarawa ini terdapat koleksi perekeretaapian dari masa Hindia Belanda hingga pra kemerdekaan RI yang meliputi sarana, prasarana dan perlengkapan administrasi.
Beberapa koleksi sarana perkeretaapian heritage seperti 26 Lokomotif Uap, 4 Lokomotif Diesel, 5 Kereta dan 6 Gerbong dari berbagai daerah.
Puluhan lokomotif kereta api uap kuno buatan tahun 1800-an yang ada di museum ini sudah tidak berfungsi.
Tetapi, ada pula yang masih aktif, misalnya lokomotif B 2502, yang digunakan sebagai kereta wisata dengan rute Stasiun Ambarawa ke Bedono.
Itulah salah satu pengalaman menarik yang bisa didapat dari Museum Kereta Api Ambarawa.
Pengunjung bisa menikmati wisata relasi Ambarawa-Tuntang (pp) dengan lokomotif penarik jenis lokomotif uap, juga kereta diesel vintage.
Sejarah Museum Kereta Api Ambarawa
Kini menjadi salah satu tempat wisata bersejarah Indonesia, sejarah Museum Kereta Api Ambarawa ini juga perlu diketahui.
Museum ini awalnya merupakan stasiun bernama Stasiun Willem yang diresmikan pada 21 Mei 1873.
Stasiun Willem I dibangun oleh Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).
Nama Willem I disematkan sesuai nama benteng logistik dan barak militer Hindia Belanda—Benteng Willem I, yang letaknya tak jauh dari stasiun.
Masyarakat setempat hingga kini menyebutnya sebagai Benteng Pendem (terpendam).
Melansir kompas.com, Ambarawa sendiri dipilih sebagai tempat dibangunnya benteng tersebut karena lokasinya yang strategis sebagai benteng pertahanan militer setelah Perang Diponegoro (1825-1830).
Ambarawa dapat disebut sebagai kota militer yang menyokong kota garnizum Magelang guna mengontrol daerah pedalaman.
”Pembangunan rel kereta api di Ambarawa sangat penting untuk pengerahan militer Hindia Belanda waktu itu,” kata Djoko Setijowarno, pengamat transportasi yang juga dosen pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata kepada kompas.com.
Kota Ambarawa menjadi pelintasan dari arah Semarang menuju Yogyakarta dan Surakarta.
Baca Juga: Selain HUT RI ke-77, Ini Sederet Hari Peringatan Nasional dalam Kalender BulanAgustus2022
Pembangunan jaringan kereta api di Ambarawa oleh NISM sendiri merupakan syarat yang harus dipenuhi guna mendapatkan izin konsensi pembangunan jalur kereta api pertama Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta).
Lalu, sebagai tempat pemberhentian akhir dibangunlah Stasiun Willem I (Stasiun Ambarawa).
Pada awal pengoperasiannya, Stasiun Willem I digunakan sebagai sarana pengangkutan komoditas ekspor dan transportasi militer di sekitar Jawa Tengah.
Kemudian pada 1976, stasiun ini dinonaktifkan untuk dijadikan sebagai Museum Kereta Api oleh Gubernur Jawa Tengah pada saat itu, Supardjo Rustam.
Adapun, alih fungsi stasiun menjadi museum merupakan upaya untuk menyelamatkan lokomotif uap.
Alasan lain dipilihnya Ambarawa sebagai museum kereta api yaitu karena kota ini memiliki latar belakang sejarah yang berkaitan dengan Pertempuran Ambarawa.
Pada saat itu, Stasiun Ambarawa pun masih menyimpan teknologi kuno yang masih bisa dioperasikan.
Itulah sejarah Museum Kereta Api Ambarawa, museum yang bisa menjadi salah satu destinasi wisata Anda ketika mengunjungi Semarang.
(*)
Ingin ulasan lengkap tentang sejarah kerata api Indonesia? Silakan beli koleksi Intisari terbaru di Grid Store atau Gramedia.