Advertorial

Bisa Ikut Patah Hati! Ini Sederet Puisi Karya Chairil Anwar tentang Cinta

Khaerunisa

Editor

Inilah sederet puisi Chairil Anwar, penyair terkemuka Indonesia, tentang cinta yang mungkin bisa membuat kamu ikut patah hati.
Inilah sederet puisi Chairil Anwar, penyair terkemuka Indonesia, tentang cinta yang mungkin bisa membuat kamu ikut patah hati.

Intisari-Online.com - Inilah sederet puisi Chairil Anwar tentang cinta yang mungkin bisa membuat kamu ikut patah hati.

Chairil Anwar merupakan penyair terkemuka di Indonesia yang lahir di Medan, Sumatra Utara, pada tanggal 26 Juli 1922.

Chairil Anwar merupakan putra dari pasangan Toeloes dan Saleha, yang keduanya berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat.

Ayahnya adalah seorang Bupati Indragiri, Riau, yang tewas dalam Pembantaian Rengat.

Selain itu, ia masih memiliki hubungan persaudaraan dengan Perdana Menteri pertama Indonesia, Sutan Syahrir, yaitu keponakannya.

Bertekad menjadi seniman sejak usia 15 tahun, Chairil Anwar kemudian melahirkan karya pertamanya di usia 20 tahun, yaitu pada 1942 dengan puisi bertajuk 'Nisan'.

Puisi pertamanya itu terinspirasi dari kematian neneknya. Diketahui banyak puisi Chairil Anwar yang mennggambarkan ketakutan akan kematian atau depresi.

Selama hidupnya, Chairil Anwar melahirkan 96 karya sastra, termasuk 70 puisi. Seperti apa puisi karya Chairil Anwar yang membahas tentang cinta?

Baca Juga: Kumpulan Puisi Chairil Anwar tentang Perjuangan dan Nasionalisme

Baca Juga: Pantas Malaysia sampai Dibikin Tunduk di Hadapan Indonesia, Terungkap Negeri Jiran Ternyata Ketakutan Setengah Mati Jika Indonesia Lakukan Hal Ini

Inilah beberapa puisi karya Chairil Anwar yang menyebut tentang cinta dan patah hati.

Meski, karya-karya Chairil Anwar sendiri dikenal bersifat multitafsir, di mana setiap pembaca dapat mengambil makna sesuai yang mereka pahami atau inginkan.

1. Cintaku Jauh Di Pulau.

Cintaku jauh di pulau,

Gadis manis, sekarang iseng sendiri.

Perahu melancar, bulan memancar,

Di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.

Angin membantu, laut terang, tapi terasa

Aku tidak ‘kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,

Di perasaan penghabisan segala melaju

Ajal bertakhta, sambil berkata:

“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”

Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!

Perahu yang bersama ‘kan merapuh!

Mengapa ajal memanggil dulu

Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,

Kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

Baca Juga: Pantas Hukum di Indonesia Sampai Dirosoti Amerika Serikat Sampai Peringkatnya Diturunkan, Ternyata Indonesia Dialami Mengalami Penurunan Dalam Menindak Kejahatan Ini

2. Tak sepadan.

Aku kira,

Beginilah nanti jadinya

Kau kawin, beranak dan berbahagia

Sedang aku mengembara serupa Ahasvéros.

Dikutuk sumpahi Eros

Aku merangkaki dinding buta

Tak satu juga pintu terbuka.

Jadi baik juga kita padami

Unggunan api ini

Karena kau tidak ‘kan apa apa

Aku terpanggang tinggal rangka.

Baca Juga: Temui Pemimpin Iran dan Turki, Ternyata Vladimir Putin Bukan Bicarakan Soal Perang Ukraina, Melainkan di Negara Arab Ini, Bahkan Turki Minta Izin Ingin Gabung dan Sudah Diizinkan AS ?

3. Kepada Sri Ayati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

di antara gudang, rumah tua, pada cerita

tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut

menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang

menyinggung muram, desir hari lari berenang

menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak

dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap

sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

Baca Juga: Tombak dan Panah Siap Melayang Jika Nekat Masuk Wilayah Ini, Sederet Peristiwa Menegangkan Jadi Buktinya, Inilah Tempat Tinggal Suku Sentinel Pulau Terlarang di India

4. Cinta dan Benci

Aku tidak pernah mengerti

Banyak orang menghembuskan cinta dan benci

Dalam satu napas

Tapi sekarang aku tahu

Bahwa cinta dan benci adalah saudara

Yang membodohi kita, memisahkan kita

Sekarang aku tahu bahwa

Cinta harus siap merasakan sakit

Cinta harus siap untuk kehilangan

Cinta harus siap untuk terluka

Cinta harus siap untuk membenci

Karena itu hanya cinta yang sungguh-sungguh mengizinkan kita

Untuk mengatur semua emosi dalam perasaan

Setiap emosi jatuh… Keluarlah cinta

Sekarang aku mengetahui implikasi dari cinta

Cinta tidak berasal dari hati

Tapi cinta berasal dari jiwa

Dari zat dasar manusia

Ya, aku senang telah mencintai

Karena dengan melakukan itu aku merasa hidup

Dan tidak ada orang yang dapat merebutnya dariku

Itulah beberapa puisi karya Chairil Anwar tentang cinta, apakah ada puisi yang membuatmu ikut merasa patah hati?

Ingin ulasan lengkap tentang Chairil Anwar dan hal-hal yang tak pernah diketahui sebelumnya? Silakan beli koleksi Intisari terbaru di Grid Store atau Gramedia.

(*)

Artikel Terkait