Advertorial

Tombak dan Panah Siap Melayang Jika Nekat Masuk Wilayah Ini, Sederet Peristiwa Menegangkan Jadi Buktinya, Inilah Tempat Tinggal Suku Sentinel Pulau Terlarang di India

Khaerunisa

Editor

Intisari-Online.com - Pulau ini dihuni oleh suku Sentinel yang masih sangat primitif.

Mereka disebut menolak peradaban modern dan orang asing.

Bahkan, mereka tak tak ragu melemparkan tombak ke arah orang-orang luar yang nekat berkunjung ke pulau ini.

Inilah North Sentinel Island atau Pulau Sentinel Utara, tempat tinggal Suku Sentinel yang menjadi pulau terlarang di India.

Ini adalah pulau kecil yang terletak di kepulauan Andaman dan Nikobar.

Lokasinya ada di antara Myanmar dan Indonesia.

Mau sepenting apa pun tujuan seseorang datang ke sana, pulau ini tak boleh dikunjungi.

Jika sampai melanggar hal itu, maka bahaya bisa mengintai.

Baca Juga: Disambut Busur Panah, Ini Kisah Wanita Pertama yang Melakukan Kontak dengan Suku Sentinel yang Terkenal Sadis

Baca Juga: Dulu Sudah Pernah Benteoka, China Malah Kembali Bikin Ulah yang Bisa Bikin Dua Negara Pemilik Nuklir Ini Kembali Bentrok, Ini Biang Keroknya !

Pulau ini sebenarnya masih termasuk ke dalam bagian wilayah negara India.

Namun, pemerintahan India memutuskan menjadikan pulau tersebut sebagai pulau terlarang.

Sejauh ini, India selalu gagal saat mencoba menjalani hubungan baik dengan suku pulau itu, sejak 1964.

Akhirnya, Pemerintah India menerapkan zona terlarang sejauh 3 mil.

Sejumlah peristiwa pernah terjadi menunjukkan bagaimana berbahayanya mengunjungi pulau ini.

1. Misionaris AS John Allen Chau ditemukan meninggal pada 2018

Melansir bbc.com (21/11/2018, seorang pria Amerika yang kemudian diidentifikasi sebagai John Allen Chau (27) ditemukan meninggal setelah mengunjungi pulau itu.

Nelayan yang membawa pria itu ke pulau Sentinel Utara mengatakan, warga suku menembaknya dengan panah dan meninggalkan tubuhnya di pantai.

Chau membayar nelayan ilegal India untuk mengantarnya ke pulau itu. Tujuh nelayan pun ditangkap karena secara ilegal mengangkut orang Amerika itu ke pulau tersebut, kata polisi saat itu.

Baca Juga: Bukan Rusia, China Justru Tuduh Negara Inilah yang Patut Disalahkan Atas Konflik di Ukraina, 'Berhenti Jadi Polisi Dunia'

Kunjungannya ke Pulau Sentinel saat itu bukan yang pertama kali. Meski pulau itu terkenal berbahaya, rupanya pria tersebut nekat melakukannya.

Media lokal melaporkan bahwa Chau mungkin ingin bertemu dengan suku tersebut untuk mengkhotbahkan agama Kristen kepada mereka.

"Polisi mengatakan Chau sebelumnya telah mengunjungi pulau Sentinel Utara sekitar empat atau lima kali dengan bantuan nelayan setempat," wartawan Subir Bhaumik, yang telah meliput pulau itu selama bertahun-tahun, mengatakan kepada BBC Hindi.

Kantor berita AFP mengutip sebuah sumber yang mengatakan bahwa Chau telah mencoba dan gagal mencapai pulau itu pada 14 November. Tapi kemudian dia mencoba lagi dua hari kemudian.

"Dia diserang oleh panah tetapi dia terus berjalan.

"Para nelayan melihat suku-suku itu mengikatkan tali di lehernya dan menyeret tubuhnya. Mereka ketakutan dan melarikan diri," tambah laporan itu.

Tubuh Chau terlihat pada 20 November. Menurut Hindustan Times, jenazahnya belum ditemukan dan saat itu Pemerintah India menyatakan tak memiliki rencana apapun untuk mengambil jenazahnya.

Mengutip South China Morning Post, seorang antropolog yang terlibat dalam kasus ini menyatakan bahwa keputusan tersebut adalah yang terbaik.

Hal itu karena sangat tidak memungkinkan untuk mengambil jenazah Chau tanpa mengganggu Suku Sentinel yang mendiami pulau tersebut.

Baca Juga: Namanya Mendadak Jadi Sorotan Setelah Terpilih Jadi Presiden Sri Lanka yang Baru, Inilah Ranil Wickremesinghe, Sosok yang Rumahnya Dibakar oleh Rakyat Sri Lanka atas Kekecewaan Mereka

2. Dua Nelayan India dibunuh pada 2006

Melansir theguardian.com (12/2/2006), dua nelayan India yaitu Sunder Raj (48) dan Pandit Tiwari (52) dilaporkan dibunuh oleh prajurit Sentinel berpakaian pinggang pada 27 Januari.

Itu terjadi setelah perahu mereka secara tidak sengaja hanyut ke pantai Pulau Sentinel Utara.

Nelayan lain, yang menyaksikan serangan dari air, menggambarkan bagaimana pasangan itu, yang diyakini mabuk tuak, meninggal setelah mereka diserang oleh prajurit suku yang digambarkan hampir telanjang.

Helikopter penjaga pantai India saat itu dikirim untuk menyelidiki. Namun, helikopter itu juga diserang dengan busur dan anak panah oleh prajurit suku yang sama.

Namun, kru pesawat tersebut mengaku sempatb melihat mayat para nelayan di pulau itu.

Disebut bahwa mayat parang para nelayan tersingkap di kuburan mereka yang dangkal ketika hembusan angin dari baling-baling helikopter meniup pasir.

Salah satu kru kemudian mengatakan kepada polisi bahwa dia terkejut melihat mayat, "Saya pikir mereka memanggang dan memakan korban mereka," katanya.

Baca Juga: Berusia 2.500 Tahun, Makam Unik Perwira Militer Mesir Ditemukan di Abusir Dekat Saqqara, Jelaskan ‘Globalisasi’ di Dunia Kuno, Seperti Apa?

Baca Juga: Terkait Hujan MeteorDelta Aquarids 29-30 Juli 2022, Apakah Hujan Meteor Berbahaya?

3. Relawan yang ditolak dan dilempari tombak pada 2004

Gempa bumi berkekuatan 9 magnitudo yang memicu tsunami Asia pada 26 Desember 2004, orang Indonesia mengenalnya sebagai Tsunami Aceh, juga memiliki dampak yang bertahan lama di lokasi ini.

Bagian dari rantai Kepulauan Andaman dan Nicobar di India, tempat tinggal Suku Sentinel juga terdampak.

Maka, usai bencana tsunami di Samudra Hindia itu terjadi, para relawan mencoba mengirim bantuan makanan dan pakaian, tetapi mereka juga ditolak.

Relawan yang terbang menggunakan helikopter dilempari tombak.

Mengutip esa.int (29/4/2005), survei pasca-tsunami di Pulau Sentinel Utara menunjukkan bahwa suku tersebut selamat dari bencana secara utuh, mungkin mundur dari pantai jauh sebelum ombak menghantam.

Namun, ada kemungkinan bahwa suku Sentinel menderita karena hilangnya daerah penangkapan ikan air dangkal mereka, dengan laguna sekarang menghilang di semua kecuali sisi timur Pulau Sentinel Utara.

Baca Juga: Dulu Sudah Pernah Benteoka, China Malah Kembali Bikin Ulah yang Bisa Bikin Dua Negara Pemilik Nuklir Ini Kembali Bentrok, Ini Biang Keroknya !

4. Pembuat film dokumenter terkena anak panah tahun 1974

Melansir northsentinelisland.com, sekelompok antropolog, kru film, fotografer National Geographic, dan sekelompok polisi bersenjata pergi ke pulau ini pada tahun 1974.

Mereka berharap untuk memenangkan persahabatan orang Sentinel menggunakan metode kolonialis yang telah dicoba dan benar di seluruh dunia, dengan sikap ramah dan banyak hadiah.

Tetapi rupanya mereka gagal. Saat mendarat dan meletakkan barang-barang seperti boneka, panci dan wajan, kelapa dan babi hidup di pantai, sekelompok penduduk asli mendekati sambil mengacungkan busur dan anak panah yang kemudian mereka tembakkan kepada para penyusup.

Sutradara film tertembak di paha kiri, kemudian kelompok itu pun keluar dengan tergesa-gesa dengan sampan mereka.

Dari air yang aman, mereka melihat orang Sentinel menusuk boneka dan babi, dan mengubur hadiah di pasir.

Meski begitu, rekaman detik-detik menegangkan itu sudah diabadikan dalam film dokumenter Man in Search of Man.

Baca Juga: Puisi Chairil Anwar yang Membuatnya Mendapat Julukan 'Si Binatang Jalang', Ternyata Sempat Mendapat Penolakan

Baca Juga: Mendadak Dibebaskan Bersyarat, Rizieq Shihab Malah Sebut Dirinya Tidak Sepenuhnya Bebas Statusnya Berubah Menjadi Tahanan Kota, Mengaku Harus Lakukan Hal Ini Tiap Bulan

Bagi suku asli Andaman yang terancam punah, Jarawa dan Sentinel, kontak dengan dunia luar sebenarnya memang akan menempatkan mereka pada risiko tertular penyakit.

Kontak dengan suku ini pun dianggap sebagai tindakan ilegal karena risiko bagi mereka dari penyakit luar.

Perkiraan mengatakan, suku Sentinel yang benar-benar terputus dari peradaban, hanya berjumlah antara 50 dan 150.

Organisasi global seperti Survival International yang berbasis di London telah berkampanye untuk melindungi suku asli yang tinggal di Kepulauan Andaman.

(*)

Artikel Terkait