"Jadi kami belum tentukan psikoterapi yang nanti akan dilakukan," ujar Novita.
Novita juga menuturkan bahwa tim psikologis kini memberikan pertolongan yang bisa membantu PC bisa tidur.
“Pendampingan, psikologis, (Ibu) tidak boleh ditinggal tentunya, apalagi Ibu P juga ibu dari empat orang anak ya dan yang paling kecil itu masih berusia satu setengah tahun,” kata Novita.
Selain itu, dikatakan bahwa pendampingan terhadap keempat anak PC juga diperlukan.
"Yang semuanya tentu merasakan apa yang dirasakan oleh ibunya. Pendampingan kepada empat orang anaknya ini juga sangat diperlukan,” ujarnya.
Peristiwa polisi tembak polisi yang terjadi di kediaman Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo mengakibatkan Brigadir J meninggal dunia.
Sementara itu, menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Ahmad Ramadhan, dari hasil olah TKP, ada tujuh proyektil yang dikeluarkan dari Brigadir J dan 5 proyektil dari Bharada E.
Disebut bahwa lima proyektil dari Bharada E semuanya tepat sasaran dan menyebabkan tujuh luka tembak di tubuh Brigadir J.
Sementara itu, Bharada E sama sekali tidak terkena tembakan peluru.
Atas peristiwa polisi tembak polisi ini, Polri telah membentuk tim investigasi gabungan yang melibatkan unsur eksternal, yakni Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).
Tim gabungan khusus tersebut dipimpin oleh Wakil Kepala Kepolisian Negara (Wakapolri) Komjen Pol Gatot Eddy Pramono.
Tim tersebut juga berisikan personel Polri lainnya yakni Irwasum Polri Komjen Pol Agung Budi Maryoto, Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komjen Agus Andrianto, Kabaintelkam Polri Komjen Ahmad Dofiri, serta Asisten Kapolri bidang SDM (As SDM) Irjen Wahyu Widada.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berharap penanganan kasus ini dilakukan secara transparan dan objektif. Ia juga ingin masalah yang menyangkut anggotanya itu bisa diungkap secara terang.
(*)
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR