'Nyate' Jadi Kegiatan Favorit Banyak Orang, Malah Beredar Pesan Berantai Larangan Memasak Sate Karena Wabah PMK, Kemenkes dan IDI Beberkan Fakta Sebenarnya

Tatik Ariyani

Penulis

Ilustrasi mengolah daging kurban menjadi sate.
Ilustrasi mengolah daging kurban menjadi sate.

Intisari-Online.com - Ketika mendapat daging kurban, pasti banyak orang yang berpikir untuk mengolahnya menjadi sate.

Karena, selain rasanya yang nikmat, mengolah daging menjadi sate juga bisa dilakukan bersama-sama keluarga dan teman sehingga menjaga kebersamaan.

Namun, adanyawabah penyakit kuku dan mulut (PMK) pada hewan memicu beredarnya pesan berantaidi aplikasi WhatsApp mengenai sate daging kurban.

Pesan berantai tersebut berisi larangan memasak sate daging kurban karena wabahPMK.

Bahkan larangan tersebut diklaim berasal dari hasil rapat dinas kesehatan.

Pesan tersebut mengimbau warga untuk memilih masakan yang direbus lebih dari 30 menit dibanding denganmemasak sate.

Hal inidilakukanuntuk mencegah terjadinya penularan wabah PMK dari hewan ke manusia.

Isi pesan berantai tersebut adalah sebagai berikut:

Rapat di Dinkes kemarin ada titipan pesan himbauan buat masyarakat untuk perolehan daging qurban agar tidak dimasak sate, baiknya dimasak yang menggunakan perebusan lebih dari 30 menit.

Mencegah penyakit mulut dan kuku yang menyerang pada hewan ternak, meskipun telah dilakukan pemeriksaan pada hewan tersebut sebelum dipasarkan.

Berkaca pada kasus penyakit SARS dan MERS yang sangat berbahaya yang disebabkan virus yang bersifat zoonosis yaitu ditularkan dari hewan ke manusia. Harus berhati-hati dan jangan sampai terjadi lagi.

Pencegahan lebih baik dari pengobatan

Menanggapi hal tersebut, Kemenkes dan IDI pun buka suara.

Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan, informasi tersebut tidak benar.

"Hoaks," kata Nadia saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (9/7/2022).

Nadia mengatakan, sampai saat ini belum ada laporan kasus PMK dari hewan ke manusia, apalagi manusia ke manusia.

Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) Zubairi Djoerban pun mengatakan hal senada.

Zubairi membantah isi pesan berantai tersebut.

Ia menjelaskan, potensi penularan PMK dari hewan ke manusia sangat kecil.

"Ini pun sebagian kecil terjadinya juga karena cara memasaknya kurang tepat. Namun walau cara masaknya kurang tepat juga tetap rendah," kata Zubairi terpisah, Sabtu (9/7/2022).

Sehingga, Zubairi menyebut larangan memasak sate saat Idul Adha kali ini tidak bisa dibenarkan.

Pemerintah Inggris pun secara resmi mengatakan bahwa PMK tidak memengaruhi manusia.

Meski demikian, Anda pun perlu untuk memasak daging kurban dengan aman.

MelansirKompas.com, dosen Fakultas Peternakan UGM Edi Suryanto mengatakan, cara memasak daging kurban yang aman untuk mengantisipasi PMK pada hewan yakni mengolah daging dengan suhu di atas 100 derajat Celsius minimal selama 30 menit.

Edi juga menganjurkan agar daging kurban yang diterima warga tidak langsung dicuci.

Melainkan langsung dimasak dengan cara diungkep atau direbus sesuai anjuran di atas.

Proses pencucian daging dapat menyebarkan virus penyebab penyakit mulut dan kuku ke lingkungan sekitar.

Hal tersebut dikhawatirkan bisa menulari hewan berkuku belah di lingkungan sekitar dan wabah PMK meluas.

Namun, jika Anda masih ingin menyimpan daging mentah dalam bentuk beku, simpan dahulu daging ke pendingin biasa (bukan di freezer) selama 24 jam.

Baca Juga: Pemerintah RI Pilih Lakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar, Soal Pemenuhan Kebutuhan Dasar Warga, Ini Penjelasan Menko PMK

Baca Juga: Muncul Fatwa Bernada Sinetron Orang Kaya Nikahi Orang Miskin, Sandiaga: 'Pemerintah Terlalu Ikut Campur Masuk ke Ranah Privat'

Artikel Terkait