Intisari-Online.com -Setelah invasi Rusia ke Ukraina, Amerika Serikat (AS) dan Barat menjatuhkan sanksi besar-besaran pada Rusia.
Sanksi-sanksi itu diharapkan dapat melemahkan ekonomi Rusia sehingga Rusia tak bisa lagi mendanai perang.
Namun, agaknya musuh-musuh Rusia akan kecewakarena kehancuran ekonomi Rusiatidak terjadi.
Rusia tampaknya berada di jalur untuk resesi yang jauh lebih dangkal daripada yang diperkirakan semula tahun ini, Bloomberg melaporkan pada hari Rabu, mengutip para ahli.
Pengiriman minyak yang melonjak telah menumpulkan dampak sanksi AS dan Uni Eropa, kata mereka.
Melansir Russian Today, Kamis (7/7/2022), menurut publikasi tersebut, ekonom dari JPMorgan Chase, Citigroup, dan bank-bank besar lainnya memangkas prospek penurunan output tahun ini menjadi hanya 3,5%.
Sebelumnya, beberapapejabat Rusia meramalkan kontraksi sebanyak 12%.
Namun, kini mereka bersiap untuk memperbarui perkiraan mereka menjadi kurang dari setengahnya.
“Petinju (boxer) itu sekarang bergerak lagi setelah dijatuhkan,” kata kepala ekonom di penilai kredit yang berbasis di Moskow, RA Anton Tabakh kepada outlet tersebut.
“Ada knockdown, tetapi telah diimbangi secara substansial oleh harga ekspor yang nyaman, bahkan dengan diskon, dan kapasitas anggaran untuk mengeluarkan uang untuk masalah ini.”
Ekonomi masih "menghadapi kontraksi paling tajam setidaknya sejak 2009," klaim Bloomberg.
Kemudian menambahkan bahwa "langkah cepat pemerintah untuk menstabilkan mata uang dalam minggu-minggu pertama setelah perang mencegah krisis keuangan dan diikuti oleh banjir pendapatan ekspor."
Data yang disesuaikan secara musiman dari Pusat Pengembangan di Sekolah Tinggi Ekonomi Moskow menunjukkan produksi industri di Rusia naik 1,7% pada Mei dari bulan sebelumnya.
“Terobosan kontraksi pada Mei bisa menjadi tanda bahwa produsen pada awalnya beradaptasi dengan kejutan sanksi anti-Rusia,” kata pusat itu.
Para ekonom menunjukkan bahwapulihnya dalam produksi minyak sebagai akibat dari meningkatnya permintaan domestik dan pergeseran ke pembeli ekspor di Asia telah menjadi pendorong besar bagi ekonomi Rusia.
Output gas adalah mesin ekonomi utama lainnya, mendorong keuntungan pendapatan karena melonjaknya harga.
"Kami tidak berada pada tingkat stres yang kami asumsikan untuk 2022," kata ekonom Rosbank Evgeny Koshelev kepada Bloomberg.
“Kami harus mengharapkan tren yang lebih baik karena anggaran dan kebijakan moneter secara keseluruhan bersifat stimulatif.”
Baca Juga: Bukan Musuh Apalagi Ancaman, Mengapa Rusia Mendadak Beri Peringatan Keras Ini Pada Jepang ?