Kaisar Liangwu sangat sedih dan sangat menyesali apa yang telah terjadi. Dia bertanya, "Apakah biksu Kowtow memiliki kata-kata terakhir?"
Utusan itu menjawab, “Bhikkhu itu berkata bahwa dia tidak bersalah. Dia berkata bahwa dia pernah menjadi petani di salah satu kehidupan sebelumnya dan pernah membunuh cacing tanah secara tidak sengaja ketika menggali tanah dengan sekop. Yang Mulia adalah cacing tanah itu dan itu mengapa dia menerima pembalasan hari ini."
Kaisar Liangwu mendengarkan dengan berlinang air mata, merasa sangat menyesal.
Kisah ini memiliki banyak makna batin. Pertama, kehidupan memiliki sejarah yang sangat panjang.
Memang benar bahwa "hidup tidak ada habisnya".
Anda bisa saja menganggap cacing tanah kecil sebagai "cacing tanah kecil," sementara, itu bisa menjadi kaisar setelah beberapa kehidupan.
Itulah mengapa dikatakan dalam agama Buddha "Jangan membunuh makhluk hidup apa pun, tunjukkan belas kasihan kepada semua makhluk."
Kedua, untuk membunuh kehidupan tanpa keraguan, seseorang harus membayar dengan nyawanya sendiri.
Ini hanyalah salah satu hukum surga bahwa hutang harus dilunasi, melansir Clear Harmony.
Ambil satu nyawa, dan milikmu akan diambil.
Ketiga, kita harus membayar kembali sebanyak hutang kita. Hukum surgawi tidak memihak seperti timbangan.
Di kehidupan sebelumnya, petani membunuh cacing tanah secara tidak sengaja, sementara di kehidupan ini, kaisar Liangwu membunuh tuannya secara tidak sengaja.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR