"Jadi AS dengan tegas ingin memperpanjang konflik Ukraina, sementara para pemimpin Eropa pendiri NATO, sebaliknya, ingin mengakhiri krisis sesegera mungkin," tulis surat kabar Global Times.
Pada saat yang sama, beberapa negara Eropa Timur menunjukkan sikap berbahaya dalam hubungan mereka dengan Rusia, yaitu, Polandia dan tiga negara Baltik.
Menurut Lu Xiang, seorang peneliti di Akademi Ilmu Sosial China, NATO prihatin karena konflik ini bisa meluas ke luar Ukraina.
"AS dan sekutunya mengirim senjata ke Ukraina melalui Polandia. Langkah-langkah yang lebih provokatif pada akhirnya dapat menyebabkan meluasnya konflik Ukraina ke Polandia," kata Lu Xiang.
Menurut pakar Tiongkok Song, daerah paling berbahaya kedua adalah Baltik, karena Lituania, Latvia, dan Estonia telah berulang kali meminta NATO untuk meningkatkan kehadiran militer mereka di wilayah mereka.
Selain itu, Lituania mengambil langkah yang sangat berbahaya dengan memblokir aliran barang ke Kaliningrad, mendorong Rusia untuk mengancam akan merespons dengan cara yang paling parah.
Pada saat yang sama, pakar Lu Xiang mengatakan bahwa sulit bagi negara-negara NATO yang memimpin untuk memperjuangkan tiga negara Baltik jika mereka memprovokasi konflik militer dengan Federasi Rusia.
"Aliansi lebih menghargai kepentingan 12 negara pendiri, sehingga memungkinkan mengorbankan tiga negara Baltik untuk melindungi anggota pendiri di Eropa Barat," katanya.
"Jika Lithuania menghasut Rusia untuk menyebabkan konflik, NATO tidak akan mengirim angkatan bersenjata untuk membantu," jelas pakar Lu Xiang.
Lu Xiang berargumen bahwa sebagai gantinya, Koalisi akan memberikan dukungan militer ke Lituania, Latvia dan Estonia dengan cara yang sama seperti yang saat ini diberikan kepada Ukraina.
Source | : | 24h.com.vn |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR