Bak Dijadikan 'Tumbal' NATO, Siapa Sangka 3 Negara Ini Bakal Berakhir Paling Mengenaskan Dikorbankan NATO Jika Perang dengan Rusia, Pakar Militer China Ungkap Hal Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Pertemuan puncak NATO diadakan di Madrid, di mana AS bermaksud untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Barat seharusnya bersatu melawan Rusia.
Pertemuan puncak NATO diadakan di Madrid, di mana AS bermaksud untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Barat seharusnya bersatu melawan Rusia.

Intisari-online.com - Aliansi militer NATO telah dikritik karena tidak dapat melindungi semua anggota jika terjadi perang dengan Rusia.

Hal ini disampaikan oleh seorang pengamat militer dari Tiongkok, yang menyebut ada negara yag bakal menjadi tumbal NATO, jika berperang dengan Rusia.

NATO akan mengorbankan 3 negara Eropa jika pecah perang dengan Rusia.

Komentar di atas dibuat oleh kolumnis untuk edisi Global Time China, termasuk Zhang Hui dan Wang Henyi.

Pemerintahan Biden secara aktif melobi sekutu Eropanya minggu ini untuk mendukung Ukraina dalam perangnya dengan Rusia.

Untuk tujuan ini, pertemuan puncak NATO diadakan di Madrid, di mana AS bermaksud untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Barat seharusnya bersatu melawan Rusia.

Namun, tidak demikian kenyataannya.

Analis China percaya bahwa di bawah upaya persatuan tampaknya masih memunculkan perpecahan yang tidak dapat diatasi di antara 30 anggota NATO mengenai bagaimana menanggapi krisis Ukraina.

Baca Juga: Jelas Terlihat di Depan Mata Rusia Sebagai Musuh Bebuyutan NATO, Mendadak Organisasi Militer Itu Singgung Nama China Sebagai Ancaman Barunya Gara-Gara Hal Ini

"Sebagai pemimpin blok militer, AS akan mencoba mempertimbangkan kepentingan anggota NATO yang berbeda, tetapi aliansi yang dipimpin Washington itu akan mengorbankan beberapa negara," tulis surat kabar China itu.

Washington mengatakan bahwa mereka mencoba menggunakan Eropa, dengan bantuannya, untuk mempromosikan kebijakan permusuhan terhadap Rusia.

Namun, negara-negara seperti Prancis dan Jerman menganjurkan otonomi strategis dan memiliki pandangan berbeda tentang tatanan keamanan global dari AS.

"Jadi AS dengan tegas ingin memperpanjang konflik Ukraina, sementara para pemimpin Eropa pendiri NATO, sebaliknya, ingin mengakhiri krisis sesegera mungkin," tulis surat kabar Global Times.

Pada saat yang sama, beberapa negara Eropa Timur menunjukkan sikap berbahaya dalam hubungan mereka dengan Rusia, yaitu, Polandia dan tiga negara Baltik.

Menurut Lu Xiang, seorang peneliti di Akademi Ilmu Sosial China, NATO prihatin karena konflik ini bisa meluas ke luar Ukraina.

"AS dan sekutunya mengirim senjata ke Ukraina melalui Polandia. Langkah-langkah yang lebih provokatif pada akhirnya dapat menyebabkan meluasnya konflik Ukraina ke Polandia," kata Lu Xiang.

Menurut pakar Tiongkok Song, daerah paling berbahaya kedua adalah Baltik, karena Lituania, Latvia, dan Estonia telah berulang kali meminta NATO untuk meningkatkan kehadiran militer mereka di wilayah mereka.

Selain itu, Lituania mengambil langkah yang sangat berbahaya dengan memblokir aliran barang ke Kaliningrad, mendorong Rusia untuk mengancam akan merespons dengan cara yang paling parah.

Pada saat yang sama, pakar Lu Xiang mengatakan bahwa sulit bagi negara-negara NATO yang memimpin untuk memperjuangkan tiga negara Baltik jika mereka memprovokasi konflik militer dengan Federasi Rusia.

"Aliansi lebih menghargai kepentingan 12 negara pendiri, sehingga memungkinkan mengorbankan tiga negara Baltik untuk melindungi anggota pendiri di Eropa Barat," katanya.

"Jika Lithuania menghasut Rusia untuk menyebabkan konflik, NATO tidak akan mengirim angkatan bersenjata untuk membantu," jelas pakar Lu Xiang.

Lu Xiang berargumen bahwa sebagai gantinya, Koalisi akan memberikan dukungan militer ke Lituania, Latvia dan Estonia dengan cara yang sama seperti yang saat ini diberikan kepada Ukraina.

Artikel Terkait