Pada tahun 1644, tentara pemberontak yang dipimpin oleh Li Zicheng menaklukkan ibukota Ming Beijing, menggunlingkan Ming dan menyatakan dirinya raja.
Melansir Shine, mengetahui bahwa wanita kesayangannya ditangkap oleh Liu Zongmin, yang berperan penting dalam pemberontakan Li, Wu segera menulis surat kepada Dorgon, seorang pangeran Manchu dan kemudian bupati Dinasti Qing awal (1644-1911).
Isi suratnya adalah kesediaannya untuk membentuk Aliansi dengan Tentara Qing untuk berperang melawan Li.
Dengan upaya bersama kedua pasukan, Angkatan Darat Pemberontak dikalahkan.
Wu merasa terhormat sebagai Pingxiwang, atau secara harfiah ‘Raja yang menenangkan Barat’, dan diberikan dengan fefief di provinsi Yunnan.
Dengan dukungan Chen, Wu memberikan kontribusi besar pada penyatuan Dinasti Qing meskipun dia kemudian memberontak.
Sejak itu Wu dicap sebagai pengkhianat, sementara Chen dianggap sebagai ‘Helen of Troy’.
Namun, tak dapat disangkal, pasangan ini memainkan peran penting dalam sejarah C hina.
Beberapa sejarawan mengatakan Machus menyatukan China 10 tahun kemudian, jika Wu tidak berjanji setia kepada Dorgon.
Romansa Wu dengan Chen secara luas diceritakan kembali sebagai romansa klasik seperti yagn pernah dikatakan jenderal bahwa jika seorang pria tidak dapat melindungi wanita yang dia cintai, maka dia akan merasa terhina.
Tetapi, ada banyak versi tentang kematian Chen.
Yang paling umum diceritakan adalah bahwa dia mengubah namanya, kemudian menjadi biksuni di Kunming setelah pemberontakan Wu melawan Tentara Qing gagal.
Versi lain lain mengatakan bahwa dia menenggelamkan dirinya di kolam teratai Kuil Huaguo di Gunung Wuhua pada hari Kunming ditangkap oleh pasukan Qing.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR