Ketika para akademisi pertama kali mulai mengerjakan terjemahan bahasa Inggris, mereka yakin bahwa tablet batu itu adalah cetakan yang dipegang oleh Museum Ashmolean Universitas Oxford.
Tetapi ketika para peneliti menyadari bahwa itu terbuat dari marmer dan bukan plester, mereka akhirnya menentukan bahwa tablet yang dipegang Skotlandia adalah entitasnya sendiri.
Nama-nama yang tertulis di sana hanya mewakili sebagian kecil dari angkatan, sekitar 30 orang dibandingkan dengan kelas penuh yang terdiri dari 100 hingga 200 lulusan.
Penulisnya, Attikos, adalah putra Philippos, yang “menampilkan dirinya sebagai figur sentral dari lingkaran sosialnya yang istimewa,” tulis Maitland.
Banyak orang yang disebutkan di kedua tablet itu adalah bagian dari elit Athena.
Prasasti itu memberikan bukti paling awal untuk non-warga negara yang mengambil bagian dalam ephebate.
Ini menunjukkan kemanusiaan di balik sekelompok orang yang bisa merasa begitu jauh dalam waktu menjadi jauh.
Orang Yunani kuno menghargai persahabatan dan komunitas seperti ini, jika tidak lebih daripada yang kita lakukan hari ini.
Tablet batu yang ditinggalkan oleh para pemuda itu memiliki persamaan yang dekat dalam kehidupan kontemporer.
Tablet batu itu setara dengan buku tahunan sekolah pascasarjana, meskipun dibuat oleh sejumlah individu yang ingin merasa seperti telah berkumpul sebagai teman.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR