Mereka adalah rumah bagi elit Efesus. Sumur mengambil airnya dari air tanah di sekitarnya.
Mural dinding menggambarkan mitologi populer, sebagian besar berkaitan dengan Artemis sendiri, dan mosaik mewah di lantai menceritakan kisah yang sama.
Di rumah lain, yang umurnya jauh lebih tua, sekitar abad ke-6 SM, pada puncak Kekaisaran Bizantium, para arkeolog menemukan lantai mosaik kaya yang sama dengan yang dimiliki rumah-rumah sebelumnya, serta pedang yang dipasang di dinding.
Para arkeolog menafsirkannya sebagai simbol status.
Mereka percaya bahwa keluarga yang tinggal di rumah itu akan menempatkan pedang di salah satu kamar paling bergengsi mereka, agar bisa dilihat oleh tamu.
Elit Efesus percaya keberhasilan mereka terkait langsung dengan kekuatan dewi pelindung mereka atas kota.
Masuk akal bahwa rumah mereka akan dipenuhi dengan penggambaran dirinya untuk membawa keberuntungan bagi mereka.
Di satu sisi, kesuksesan mereka terkait dengan Artemis. Mungkin dewi itu tidak nyata, tetapi kepercayaan para peziarah padanya adalah nyata, dan kepercayaan itulah yang membuat orang Efesus mendapat banyak uang selama bertahun-tahun.
Tanpa pariwisata yang dihasilkan oleh kuil Artemis, Efesus tidak akan lebih kaya dari rata-rata kota Romawi.
Menjadi masuk akal bila selama abad ke-1 M ketika agama Kristen pertama kali menyebar ke seluruh dunia yang dikenal, Efesus dilanda kerusuhan ketika agama itu menyebar di sana.
Orang-orang takut dengan keyakinan yang baru muncul ini, takut membuat marah sang dewi dan kehilangan kekuatan yang dia berikan kepada mereka.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR