Intisari-Online.com – Para arkeolog menemukan kompleks enam unit hunian yang memiliki sangat banyak ornamen, masing-masing berisir sumur built-in, mural dinding yang menakjubkan, dan mosaik lantai yang indah yang menceritakan kekayaan dan pemujaan.
Efesus pada zamannya, dikenal sebagai kota orang kaya, terletak di pantai Turki mencapai puncaknya pada 2.000 tahun yang lalu, selama abad ke-1 M di bawah kekuasaan Romawi.
Penggalian di kota itu berlangsung selama lebih dari seratus lima puluhan.
Di kota itu terkenal dengan Kuil Artemis, yang menjadi salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno.
Kuil itu seukuran lapangan sepak bola, dan merupakan pusat ibadah utama di Kekaisaran Romawi.
Para peziarah dari seluruh dunia datang untuk menyembah dewi Artemis, pemburu perawan.
Artemis atau Diana sebenarnya adalah salah satu dewi tertua di Jajaran mitologi Yunani dan Romawi.
Karena ribuan turis berbondong-bondong ke Efesus setiap tahun untuk mengunjungi kuil dan mencari kekuatan Artemis, maka Efesus berubah menjadi pusat pariwisata dan perdagangan yang kaya.
Peziarah tiba di Efesus pada bulan Maret dan awal Mei untuk menghadiri festival populer.
Selama di sana, mereka akan menyumbang ke kuil dan membeli benda-benda pemujaan, biasanya sebagai suvenir atau persembahan kepada dewi.
Ini menciptakan permintaan, dan segera Efesus memimpin dunia Romawi dalam pembuatan perak, dan menjadi terkenal karena kuil peraknya ke Artemis.
Kompleks yang digali oleh para arkeolog ini terletak di antara beberapa bangunan kota.
Mereka adalah rumah bagi elit Efesus. Sumur mengambil airnya dari air tanah di sekitarnya.
Mural dinding menggambarkan mitologi populer, sebagian besar berkaitan dengan Artemis sendiri, dan mosaik mewah di lantai menceritakan kisah yang sama.
Di rumah lain, yang umurnya jauh lebih tua, sekitar abad ke-6 SM, pada puncak Kekaisaran Bizantium, para arkeolog menemukan lantai mosaik kaya yang sama dengan yang dimiliki rumah-rumah sebelumnya, serta pedang yang dipasang di dinding.
Para arkeolog menafsirkannya sebagai simbol status.
Mereka percaya bahwa keluarga yang tinggal di rumah itu akan menempatkan pedang di salah satu kamar paling bergengsi mereka, agar bisa dilihat oleh tamu.
Elit Efesus percaya keberhasilan mereka terkait langsung dengan kekuatan dewi pelindung mereka atas kota.
Masuk akal bahwa rumah mereka akan dipenuhi dengan penggambaran dirinya untuk membawa keberuntungan bagi mereka.
Di satu sisi, kesuksesan mereka terkait dengan Artemis. Mungkin dewi itu tidak nyata, tetapi kepercayaan para peziarah padanya adalah nyata, dan kepercayaan itulah yang membuat orang Efesus mendapat banyak uang selama bertahun-tahun.
Tanpa pariwisata yang dihasilkan oleh kuil Artemis, Efesus tidak akan lebih kaya dari rata-rata kota Romawi.
Menjadi masuk akal bila selama abad ke-1 M ketika agama Kristen pertama kali menyebar ke seluruh dunia yang dikenal, Efesus dilanda kerusuhan ketika agama itu menyebar di sana.
Orang-orang takut dengan keyakinan yang baru muncul ini, takut membuat marah sang dewi dan kehilangan kekuatan yang dia berikan kepada mereka.
Dua abad kemudian, gempa bumi melemahkan kota. Kekayaan kuil Artemis dijarah oleh suku-suku barbar. Mereka membakar kuil. Keyakinan pada Dewi Agung Efesus terguncang tak dapat diperbaiki. Efesus tidak akan pernah sama.
Pada Juli 2015, Efesus dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Ini terus menjadi fokus perhatian sejarah, rumah bagi platform penelitian 200 ilmuwan dari lebih dari 20 negara yang berbeda.
Siapa yang tahu apa yang akan mereka temukan selanjutnya?
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari