Intisari-Online.com-Militer Rusia hari Sabtu (21/5/2022), mengatakan mereka menghancurkan gudang besar senjata bantuan Barat untuk Ukraina di wilayah Zhytomyr, sebelah barat Kyiv, menggunakan rudal jelajah Kalibr yang diluncurkan dari laut, seperti laporan RIA Novosti yang dilansirStraits Times, Sabtu (21/5/2022).
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan serangan itu menghancurkan sejumlah besar senjata dan peralatan militer yang dikirim Amerika Serikat dan negara-negara Eropa dan untuk pasukan Ukraina di wilayah Donbas timur tempat pertempuran saat ini sedang sengit-sengitnya.
Kementerian Pertahanan Rusia juga mengeklaim rudal Rusia menyerang fasilitas penyimpanan bahan bakar di dekat Odesa di pantai Laut Hitam dan menembak jatuh dua pesawat Su-25 Ukraina dan 14 drone.
Sementara itu melansir Kompas.com,Zelensky pada Senin (23/5/2022) mengatakan, dia hanya ingin bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas bagaimana mengakhiri perang.
Zelensky yang berbicara melalui video kepada audiens di Forum Ekonomi Dunia di Davos juga berujar, mengatur pembicaraan dengan Rusia menjadi lebih sulit karena ada bukti-bukti tindakan Rusia terhadap warga sipil di bawah pendudukan mereka.
Rusia membantah menargetkan warga sipil dalam apa yang disebutnya operasi khusus untuk mendemiliterisasi Ukraina.
"Presiden Federasi Rusia yang memutuskan semuanya," kata Zelensky melalui penerjemah.
"Jika kita berbicara tentang mengakhiri perang ini tanpa dia secara pribadi, keputusan itu tidak dapat diambil," ujarnya dikutip dari Reuters.
Zelensky berkata, temuan pembunuhan massal di daerah-daerah yang diduduki pasukan Rusia pada awal perang khususnya di luar Kyiv membuat lebih sulit mengatur pembicaraan, dan dia tidak akan berdiskusi dengan pejabat lain.
"Saya tidak bisa menerima pertemuan apa pun dengan siapa pun yang datang dari Federasi Rusia selain presiden," katanya.
Para perunding Rusia dan Ukraina mengadakan pembicaraan sporadis sejak pasukan Rusia menyerbu Ukraina pada akhir Februari, tetapi kedua pihak mengatakan bahwa pembicaraan terhenti.
Zelensky berujar kepada televisi Ukraina pekan lalu, tidak mungkin menghentikan perang tanpa melibatkan semacam diplomasi.
Dalam sambutannya kepada hadirin di Davos, Zelensky juga mengatakan bahwa perang datang dengan risiko nyawa manusia yang sangat besar bagi Ukraina.
Pasukan Ukraina, katanya, membuat kemajuan terutama di dekat kota terbesar kedua Kharkiv, tetapi "situasi paling berdarah tetap ada di Donbass, di mana kita kehilangan sangat banyak orang".
Dia menambahkan, setiap wacana untuk memulihkan secara paksa semenanjung Crimea yang direbut dan dianeksasi oleh Rusia pada 2014 akan menyebabkan ratusan ribu korban.
(*)