Luhut mengatakan, Indonesia bukan negara republik pisang yang mau didikte perusahaan AS. Bahkan, Indonesia sudah memiliki kesepakatan bisnis dengan perusahaan baterai kendaraan listrik asal China dan Korea Selatan, yaitu CATL dan LG, di mana Keduanya diklaim memegang hampir 55 persen pasar baterai litium dunia.
Kerja sama dengan kedua perusahaan tersebut diyakini akan membuat Indonesia menjadi pemain global baterai litium. Terlebih lagi, pada tahun 2024, Indonesia ditargetkan akan mulai memproduksi baterai litium.
Luhut mengingatkan, jika Tesla ingin masuk, perusahaan itu harus menuruti syarat yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia.
Hal itu, lanjut Luhut, juga diterapkannya kepada investor lain, termasuk China.
"Saya enggak mau kalau datang deal, jangan kau (Tesla) yang bikin syarat ke kami. Saya yang bikin syarat ke kamu karena itu yang saya lakukan kepada Tiongkok," ucap Luhut.
"Tidak pernah Tiongkok kasih syarat ke saya, saya (yang) kasih syarat. Kau mau enggak kalau kita harus B to B? Harus teknologi transfer, harus first class technology, harus yang ramah lingkungan. Dia bilang mampu, (jadi), oke deal," katanya saat itu.
(*)
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR