Dua anak mereka yang masih kecil ditinggal di Polandia. Ini sesuai dengan kebijakan intelijen negara Eropa Timur. Para diplomatnya hanya diizinkan berkumpul dengan keluarganya dua kali setahun selama liburan. Artinya, anak-anak tersebut dijadikan semacam "sandera" untuk konduite orang tuanya selama bertugas di luar negeri. Sebagai pegawai urusan perdagangan mereka sering bepergian. Meskipun begitu karena tinggal di apartemen kompleks konsulat, setiap kepergian mereka pasti diketahui atasannya.
Pembicaraan di atas feri itu berlangsung ramah dan hangat. Kami saling bertukar kartu nama. Saya mencoba mengundang makan malam di akhir minggu kepada pasutri tersebut. Seperti dugaan saya, rupanya butuh izin dari atasannya. Bagi saya, ini merupakan uji coba. Bila mereka menerima tawaran saya bisa jadi Adamski adalah agen rahasia atau atasannya justru sengaja mengumpankan pasutri ini sebagai agen ganda.
Kemungkinan lain, Slava akan bertindak untung-untungan. Memenuhi undangan saya tanpa izin, dan ini yang saya harapkan. Tapi beranikah Adamski, karena langkah ini berisiko tinggi bagi keselamatannya?
Segera saya memberitahukan markas CIA di Langley, AS, ikhwal perekrutan Adamski. Rupanya Langley pun berpikiran sama. Mereka setuju. Bahkan markas besar memiliki informasi menarik tentang diri Irina. Dari catatan rahasia CIA diketahui, ibu Irina adalah asli Rusia dan sudah pernah menikah sebelumnya. Dari perkawinan itu lahir kakak tiri Irina, lelaki perwira militer Uni Sovyet berpangkat mayor yang kini bertugas di Staf Umum Angkatan Bersenjata Polandia. Informasi inilah yang membuat Adamski berharga untuk direkrut.
Istri minta cerai
Akhirnya, Sabtu sore itu pasangan Adamski benar-benar datang. Dari perjumpaan di rumah ini saya tahu bidang pekerjaan yang digeluti Adamski. Mengingat kontak berikutnya tidak mudah lantaran telepon di rumah pasangan ini disadap oleh kedutaannya, mumpung ketemu saya merencanakan janji ketemu selanjutnya. Namun Adamski tidak memberi jawaban pasti. Kecuali hanya mengatakan bahwa dirinya sibuk. Sementara hubungan kami hanya sampai di sini.
Tanpa putus asa, saya menyelidiki beberapa perusahaan yang diduga sering berhubungan dengan Adamski. Dari sini saya menemukan sebuah perusahaan mitra bisnis Adamski dan kebetulan seorang pegawainya saya kenal, Sebastian Wittel. Lewat informasi dari Wittel inilah saya bisa menjumpai Adamski lagi.
Pertemuan kedua di dekat kantor Wittel berlangsung santai, meski semula Adamski ragu-ragu. Sengaja percakapan yang saya lakukan berkisar pada hal-hal ringan agar tidak menimbulkan kecurigaan. Adamski mengatakan bahwa ia akan memancing di Kucuk Cekmece, kira-kira sepuluh hari lagi. Kucuk Cekmece adalah sebuah danau yang terletak di barat daya Istanbul yang terkenal banyak ikannya. Saya berbohong bahwa saya biasa mancing di sana. Itu artinya, suatu saat nanti kita pasti bisa bertemu di tempat tersebut. Sekali lagi Adamski tidak menunjukkan reaksi.
"Umpan" yang ternyata tidak mendapat reaksi ini agak mengecewakan. Tapi saya tak boleh surut. Ini sekaligus merupakan ujian lanjutan, sampai berapa jauh Adamski diawasi oleh negaranya? Kalau mau dijadikan sebagai agen ganda, pastilah mereka tidak terburu-buru memberi peluang Adamski untuk berhubungan dengan saya. Itulah sebabnya, momentum memancing ini harus benarbenar saya manfaatkan. Hari berikutnya saya meminjam peralatan pancing dari seorang teman dan berlatih di Selat Bosporus.
Awal Februari 1969, cuaca begitu dingin. Pagi itu pukul 07.00 saya sudah berada di Danau Cekmece. Dengan speedboat sewaan saya meluncur ke lokasi yang sebelumnya telah saya survei. Dari sini saya bisa leluasa melihat kedatangan para pemancing. Sambil berakting layaknya pemancing andal, diam-diam mata saya mengamati siapa saja yang datang.
Dua jam kemudian terlihat ia datang. Adamski ternyata tidak sendirian. Ada tiga orang lain menemaninya. Meski kecewa, saya ingin melihat apa reaksi Adamski bertemu lagi dengan saya di sini. Pelan-pelan perahu saya kayuh mendekati mereka. Setelah dekat, ia tidak menyapa, juga tidak melambaikan tangan, meski jelas-jelas ia menatap saya. Rupanya ia tidak ingin teman-temannya tahu bahwa ia kenal saya. Fakta ini menarik. Itu artinya pertemuan-pertemuan kami selama ini sama sekali tidak diketahui konsulatnya. Namun, proyek pemancingan ini tak membuahkan apa-apa. Setelah itu hubungan kami putus lagi.
Saya tidak tinggal diam. Agen kami yang ada di biro-biro perjalanan di Turki memberitahukan bahwa akhir bulan ini Adamski dan rombongannya mau berlibur ke Bursa, bekas ibu kota Kekaisaran Ottoman pertama yang terkenal dengan bangunan kuno, hasil kerajinan keramik, dan sumber air panas. Kota yang jadi pintu keluar Istanbul ini setiap akhir minggu pasti ramai oleh wisatawan. Informan kami juga memberi tahu di hotel mana Adamski menginap. Oleh karena itu saya memutuskan untuk menginap tak jauh dari penginapan Adamski. Sempat terbersit kekhawatiran, jangan-jangan kemunculan saya di Bursa akan menimbulkan kecurigaan Adamski. Tapi sebaliknya, langkah ini bisa dianggap ujian terakhir, akan berhasilkah rencana saya merekrut Adamski?
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR