Ketika rancangan Meston selesai, McDonald merasa gedung itu terlalu pipih. Untuk menghilangkan kesan itu, ia membuat sketsa dua lengkungan. Namun, Meston menolak lengkungan itu. Kalau lengkungan itu diteruskan, ia tidak mau membangunnya. Karena tidak ada pilihan lain, McDonald terpaksa membiarkan Meston membuat gedung tanpa lengkungan. Namun, McDonald tidak putus asa. Dengan membawa rancangannya yang berupa dua lengkungan itu, ia pergi ke George Dextor, seorang pembuat merek perusahaan yang tidak keberatan terhadap lengkungan itu. Hasilnya lengkungan kuning terang yang bisa dilihat dari jauh. Golden Arches (Lengkung Keemasan) Dick McDonald menjadi simbol baru bagi sistem McDonald.
Ketemu Kroc
Ketika McDonald sedang menyempurnakan rancangan drive-in barunya, program pemberian lisensi Speedee Service System masih jauh dari sempurna. Fox yang akan membuka toko McDonald's di Phoenix tahun 1953, boleh meminjam gambar rancangan gedung baru selama satu minggu dan mendapat petunjuk dasar dari Speedee Service System. Semuanya itu diperoleh dengan hanya membayar uang franchise sebesar AS $ 1.000. Setelah itu, pemegang franchise pertama McDonald's itu harus berdiri sendiri dalam hal keuangan maupun di bidang operasional.
McDonald's tidak mendapat imbalan teratur sehingga tidak ada insentif ekonomis untuk membantu sukses pemegang franchise itu. Fox juga tidak perlu mengikuti prosedur tertentu. Jadi, sistem itu sebetulnya tidak lebih dari sewa nama.
Waktu terjadi pertemuan historis dengan Ray Kroc, kakak-beradik itu baru menjual 15 franchise, walaupun mereka mendapat banyak sekali lamaran. Mereka peRNah menolak investor yang ingin membeli enam franchise di Sacramento dengan harga AS $ 15.000. Alasannya, karena pagi itu mereka baru menerima AS $ 2.500 untuk satu franchise di ibukota Kalifornia.
Ketika Harriett Charlson, seorang guru setengah baya, ingin membeli franchise, kakak-beradik itu menasihati supaya ia membuka toko pakaian kecil saja. Namun, 2 hari kemudian Charlson kembali lagi dengan membawa cek AS $ 2.500. Dia mengelola toko hamburgernya selama 16 tahun di Alhambra dan menjual usahanya kepada McDonald's pada tahun 1969 seharga AS $ 180.000.
Kakak-beradik McDonald kemudian memang mengakui bahwa mereka bukan usahawan jempolan. Pernah mereka menolak kesempatan emas untuk memperluas usahanya dengan bantuan keuangan pemasok susu Carnation Corporation. Perusahaan susu tersebut waktu itu sedang mencari tempat penjualan untuk adonan milk shake beku. Seorang wakil Carnation mendekati mereka dan menawarkan ide untuk membentuk rangkaian McDonald's drive-in bersama kakak-beradik itu.
"Kami bisa pusing nanti. Buat apa susah-susah. Kami sudah senang bisa melakukan apa yang ingin kami lakukan. Kami tidak mau terbebani masalah keuangan. Saat ini, kami bisa menikmati keleluasaan finansial," kata McDonald bersaudara itu.
Singkatnya kakak-beradik itu tidak berhasil membentuk rangkaian restoran di seluruh AS karena mereka tidak menghayati caranya dan tidak mau "berjalan jauh". Mereka sudah senang bisa membagi dua AS $ 100.000 setiap tahun yang mereka peroleh di San Bernardino. Kalau mendapat lebih banyak, mereka akan pusing menghadapi pajak penghasilan. Lagi pula, kedua-duanya tidak mempunyai anak. "Buat apa bersusah-payah menumpuk harta yang tidak bisa diwariskan," pikir mereka.
Akhir tahun 1953, usaha franchising McDonald sudah kacau. Permulaan tahun itu, McDonald's sebenarnya mendapat seorang agen franchise, William Tansey. Baru bekerja beberapa bulan, ia sudah mendapat serangan jantung. Cara Tansey menjual pun tidak berbeda daripada cara yang dipakai kakak-beradik itu.
Harga hamburger di pelbagai restoran pemegang lisensi McDonald's berbeda-beda. Ada yang menambah barang baru dalam menu. Ada yang menambah jendela penjualan. Salah seorang pemegang lisensi bahkan mengubah lengkungan emas menjadi lancip dan mengubah nama drive-in-nya menjadi Peaks.
Selain tidak seragam, banyak pemegang lisensi tidak mengikuti kecermatan McDonald's dalam mengelola restoran mereka. Kaca jendela tidak dicuci setiap hari, lantai kotor, dan serbet dekil. Kakak-beradik itu dan para pemegang lisensi menganggap franchise sebagai cara untuk mencari duit secara gampang. Pemberian lisensi yang tidak dikontrol dan tidak didukung dari pusat itu mendorong orang lain untuk meniru dan lebih berhasil. Soalnya, McDonald's pun begitu royal memberi informasi kepada para tamu di tokonya, tentang cara produksi, peralatan, dan pemasok.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR