Intisari-Online.com - Pencetus gagasan untuk membuka restoran hamburger yang memberi pelayanan cepat saji adalah kakak-beradik McDonald. Namun, perusahaan itu mereka jual jauh sebelum menjadi raksasa. Yang berhasil melambungkan rangkaian restoran McDonald's adalah Ray Kroc, agen franchise yang kemudian menguasai sebagian besar saham perusahaan tersebut. Sebenarnya, ini pun bukan jasa Kroc sendiri. Seperti semua usaha, McDonald's juga didukung oleh banyak orang yang berdedikasi besar.
Kakak-beradik McDonald tidak pernah mendapat pendidikan untuk mengusahakan restoran. Begitu lulus sekolah menengah, Richard yang disebut Dick dan Maurice yang disebut Mac meninggalkan kota kelahiran mereka, New Hampshire, untuk pindah ke Kalifornia. Saat itu tahun 1930. Mereka ingin bisa hidup lebih makmur daripada ayah mereka yang cuma mandor pabrik sepatu. Pada zaman depresi, ayah mereka kena PHK, padahal sudah berpuluh-puluh tahun bekerja di perusahaan itu.
Mula-mula kakak-beradik McDonald menjadi kuli angkut perlengkapan pemain film di Hollywood. Lalu, mereka membuka bioskop di Glendale. Selama empat tahun penghasilan mereka tidak pernah cukup untuk membayar sewa gedung sebanyak AS $ 100. Dua bersaudara itu pun beralih membuka restoran drive-in yang sedang populer di Kalifornia.
Soalnya, tahun 1937 penduduk Kalifornia mulai tergantung pada mobil dan di Kalifornia Selatan orang mulai membuat restoran yang memungkinkan pelanggan tidak usah turun dari kendaraannya. Makanan dibawakan ke mobil di lapangan parkir yang luas oleh para pelayan yang disebut carhop.
Ketika pada tahun 1937 kakak-beradik McDonald membuka drive-in kecil di sebelah timur, mereka harus menghadapi banyak saingan. Dick dan Mac menyiapkan hot dog (bukan hamburger) dan minuman shake, sambil melayani pelanggan yang duduk di belasan bangku kecil. Sementara itu para carhop melayani pelanggan di tempat parkir.
Tahun 1940 McDonald membuka drive-in yang lebih besar di San Bernardino, ±80 km dari Los Angeles. Orang yang melihat gedung itu, pasti tidak mengira inilah cikal-bakal restoran generasi baru. Luas tanahnya hanya ±183 m2, jauh lebih kecil dari drive-in lain di Los Angeles. Sebagai restoran bentuknya agak aneh: bersegi delapan, jendelanya agak miring dari atap ke gerai. Sepanjang tepi luar gerai terdapat sejumlah bangku untuk pelanggan. Mereka tidak bisa duduk di dalam. Seluruh dapur tampak dari luar. Hal itu menyalahi peraturan dasar restoran. McDonald bersaudara ingin menarik perhatian orang dengan bangunan yang tidak lazim itu.
Pertengahan tahun 1940-an McDonald's menjadi tempat favorit untuk pertemuan remaja. Pada akhir minggu, 20 carhop melayani 125 mobil yang memadati tempat parkir. Kakak-beradik McDonald menyediakan menu yang terdiri atas 25 pilihan, termasuk hamburger. Walaupun cara pelayanan mereka dianggap agak aneh, setiap tahun hasilnya AS $ 200.000. Jumlah ini besar untuk ukuran masa itu.
Tidak lama kemudian, keluarga McDonald sudah termasuk orang kaya baru di San Bernardino. Setiap tahun kakak-beradik itu membagi laba. Masing-masing mengantungi AS $ 50.000. Mereka bahkan pindah ke salah sebuah rumah terbesar di kota itu yang harganya AS $ 90.000. Jumlah ruangannya 25 buah dan letaknya di puncak bukit.
Biarpun kaya raya, mereka tetap sederhana. Di waktu senggang mereka hanya makan di restoran lain atau menonton tinju lokal. Karena kedua pria itu enggan terbang, mereka jarang pergi jauh dari rumah. Satu-satunya kebanggaan mereka ialah mereka orang pertama di kota itu yang membeli Cadillac model baru dan setiap tahun pedagang mobil lokal menunggu mereka menukar mobilnya dengan model terbaru.
Tahun 1948 kakak-beradik McDonald sudah jauh lebih kaya daripada yang pernah mereka impikan 10 tahun sebelumnya, yaitu ketika baru membuka stand hamburger mini dengan barang pinjaman. Namun, mereka menghadapi satu masalah. Menurut Dick, mereka mulai bosan. Uang mengalir masuk, tanpa mereka perlu bersusah-payah.
Selain itu, kakak-beradik McDonald juga tidak tahan menghadapi persaingan, walaupun saat itu mereka masih paling unggul. Usaha sejenis menjamur di mana-mana, padahal pelanggan mereka terbatas pada anak-anak sekolah menengah.
Dick dan Mac juga risau karena drive-in dianggap tempat makan murahan, padahal biayanya tinggi. Restoran mereka membutuhkan banyak tenaga kerja. Sulitnya lagi, karyawan sering berganti. Kalau bukan dibajak perusahaan yang sejenis, karyawan pindah ke industri lain yang berani membayar lebih tinggi. Karena peknggan mereka anak muda, peralatan makan juga banyak yang hilang.
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR