Disebut Pakar Ukraina Bukan Satu-satunya, Ternyata Rusia Diprediksi Akan Hancurkan Negara NATO Satu-persatu, Terungkap Ini Tujuannya

May N

Editor

(Ilustrasi) Perang Rusia dan Ukraina - Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky
(Ilustrasi) Perang Rusia dan Ukraina - Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky

Intisari - Online.com -Seorang pakar Rusia telah bersikeras perang yang sedang berlangsung tidak boleh berakhir hanya dengan Ukraina.

Pasalnya akan ada lebih banyak negara yang akan diserang Rusia, termasuk tiga negara anggota NATO ini.

Sementara tujuan asli Vladimir Putin di Ukraina tidak tampak jelas bagi Barat (bahkan bagi Rusia), ternyata banyak tujuannya yang gagal di bulan pertama perang sudah diterima secara luas.

Meski begitu, gambaran menunjukkan mendesaknya rezim Moskow untuk menyerang lebih banyak negara dan melanjutkan serangan, melansir Express.

Salah seorang pakar Rusia Nikita Danyuk mengatakan kepada Channel One Rusia pada 8 April kemarin, bahwa "operasi de-Nazifikasi" seharusnya diperluas ke negara-negara NATO.

Pria itu dikutip BBC mengatakan: "Saya mendapatkan kesan bahwa operasi de-Nazifikasi seharusnya terjadi tidak hanya di Ukraina karena apa yang kita lihat sekarang di Baltik adalah penghormatan untuk Nazi."

Hal ini membuat Estonia, Latvia dan Lithuania terancam diserang Rusia.

Ketiga negara pecahan Uni Soviet tersebut adalah anggota NATO.

Jika Rusia menyerang sebuah negara di NATO, ini akan, sesuai dengan Pasal Lima aliansi, menjadi “serangan terhadap mereka semua” dan akan mengikat semua NATO untuk “membantu Partai atau Pihak-pihak yang diserang dengan mengambil segera, secara individu dan bersama-sama dengan pihak lain, tindakan yang dianggap perlu, termasuk penggunaan kekuatan bersenjata, untuk memulihkan dan memelihara keamanan kawasan Atlantik Utara”.

Danyuk mengakui invasi satu atau lebih negara Baltik oleh Rusia "tidak mungkin".

Tetapi saran itu sangat menggugah sejauh mana para pakar Rusia yang menerima airtime mendukung perang dan berharap perang itu berlanjut.

Komentarnya hanyalah contoh terbaru dari propaganda Rusia yang semakin ekstrem dalam beberapa pekan terakhir.

Perang dimulai dengan Putin mengumumkan sebuah "operasi militer khusus" yang ia tekankan penting untuk melindungi warga dari "rezim Kyiv yang sewenang-wenang dan melakukan genosida."

Kini, pakar dalam program TV didanai pemerintah itu yang ditonton oleh jutaan warga Rusia, bersikeras "de-Nazifikasi" tidak cukup, bahwa Ukraina akan dihancurkan serentak.

Alexei Martynov, kembali dikutip oleh BBC, mengatakan dalam Channel One awal minggu ini: "Jelas bahwa momen (untuk pemimpin Ukraina menyelamatkan negaranya) telah lewat, bahwa tidak akan ada Ukraina.

"Negara itu tidak akan ada lagi."

RIA Novosti, media pemerintah Rusia lainnya, juga baru-baru ini mempublikasi sebuah artikel oleh Timofei Sergeitsev menyebut tidak hanya untuk "de-Nazifikasi" Ukraina tetapi "de-Ukrainanisasi" Ukraina.

Hal ini, ia katakan, akan termasuk "penolakan skala besar inflasi buatan dari elemen etnik dari identifikasi diri dari populasi wilayah (berbagai daerah termasuk Ukraina) dimulai oleh otoritas Soviet."

Sementara itu, Kremlin telah menerapkan langkah ketat menanggulangi demo anti-perang di Rusia, semakin menekan suara perlawanan.

Kepala Duma Vyacheslav Volodin bulan lalu mengumumkan akan ada "hukuman sangat berat" untuk mereka yang "membuat pernyataan yang merendahkan angkatan bersenjata."

Secara sengaja menyebar berita hoax tentang militer Rusia kini dihukum sampai 15 tahun penjara.

Baca Juga: Indonesia Kena Kecam Barat Gara-Gara Tak Keluarkan Rusia dari G20, Media Australia Ini Malah Bongkar Jasa Besar Uni Soviet Pada Indonesia di Masa Lalu dan Hubungan Dengan Ukraina

Artikel Terkait