Indonesia Kena Kecam Barat Gara-Gara Tak Keluarkan Rusia dari G20, Media Australia Ini Malah Bongkar Jasa Besar Uni Soviet Pada Indonesia di Masa Lalu dan Hubungan Dengan Ukraina

Afif Khoirul M

Penulis

(ILUSTRASI) Presiden Jokowi bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin, di sela-sela KTT APEC, di Beijing, Senin (10/11/2015).

Intisari-onlienc.om -Indonesia akan menjadi tuan rumah G20 di Bali pada bulan November tahun ini.

Sementara itu, Kedutaan Besar Rusia telah mengisyaratkan rencana Presiden Vladimir Putin untuk hadir.

Banyak negara anggota G20, yang terdiri dari ekonomi utama dunia, telah meminta Indonesia untuk tidak mengundang Putin.

Faktanya, Presiden AS Joe Biden mengatakan Rusia harus dikeluarkan dari G20.

Tetapi jika Indonesia tidak setuju, maka Ukraina juga harus diundang ke KTT opsi yang sedang dipertimbangkan Indonesia.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison juga mendesak Indonesia untuk menolak kehadiran Putin di sana, dengan mengatakan itu akan menjadi "langkah yang terlalu jauh".

Rusia telah dikeluarkan dari badan-badan internasional sebelumnya, Rusia dikeluarkan dari G8, sekarang G7, atas pencaplokan Krimea pada tahun 2014.

Lalu, Australia mengancam akan mengeluarkannya dari G20 tahun itu sebagai tanggapan atas jatuhnya MH17.

Terlepas dari tekanan dari para pemimpin dunia dan serangan Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina.

Indonesia mengatakan ingin tetap tidak memihak dan Putin masih dipersilakan untuk hadir.

Indonesia yang menjadi pemimpin G20 tahun ini memiliki 'tugas' untuk "mengundang semua anggota,"kata Dian Triansyah Djani dari Kementerian Luar Negeri.

Baca Juga: Mayat-mayat Bergelimpangan di Bucha Ukraina, Jerman Temukan Percakapan dan Sebut Ada Petunjuk Keterlibatan Tentara Bayaran 'Super Rahasia' Ini

Menanggapi hal itu, media Australia ABC News Australia menyoroti hubungan Indonesia dengan Uni Soviet di masa lalu sebagai salah satu faktornya.

Mengutip pendapat,Sejarawan Triyana Bonnie Triyana mengatakan kedekatan historis antara Indonesia dan bekas Uni Soviet, yang merentang sejak 1950-an, telah memengaruhi posisi Indonesia dalam krisis Ukraina sekarang.

Selain mendukung pencalonan Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa di masa lalu.

Indonesia juga menerima pinjaman lunak dari Uni Soviet sebesar 12,5 juta dolar AS untuk membangun arena dan stadion olahraga, untuk membantu memenuhi ambisi presiden saat itu Sukarno menjadi tuan rumah Asian Games 1962.

Indonesia dan Uni Soviet juga terlibat dalam kesepakatan militer dan senjata, Indonesia membeli helikopter, kapal selam, rudal, kapal dan pesawat dari Uni Soviet senilai 450 juta dollar AS pada tahun 1961.

Dan pada tahun yang sama, Angkatan Bersenjata Soviet membantu Indonesia dalam Operasi Trikora untuk merebut kembali Hindia Belanda.

Namun, lanjutnya, Indonesia juga memiliki kedekatan sejarah dengan Ukraina.

Ukraina, ketika masih Republik Sosialis Soviet Ukraina, adalah negara pertama yang mengusulkan agar kemerdekaan Indonesia dari Belanda dibahas di Dewan Keamanan PBB.

"Berkat usulan (kepala delegasi Ukraina Dmitry) Mauilsky, sengketa Indonesia-Belanda kemudian menjadi sengketa internasional yang utuh," kata Triyana.

Pemerintah Indonesia sendiri telah menegaskan bahwa terkait krisis di Ukraina, Indonesia terus menjaga hubungan baik baik dengan Rusia maupun Ukraina.

Meskipun ada dukungan untuk Ukraina di antara 270 juta penduduk negara itu, banyak orang Indonesia telah menyatakan simpati dan dukungan untuk Rusia secara online .

Analis menyarankan itu sebagian karena disinformasi atau misinformasi, tetapi juga tentang persepsi kemunafikan AS.

Artikel Terkait