Intisari-Online.com - Bulan lalu, Rusia mengatakan akan “secara radikal mengurangi aktivitas militer” di sekitar utara Ukraina, termasuk di dekat Kyiv dan kota Chernihiv, saat pembicaraan damai mengalami kebuntuan.
Alexander Fomin, wakil menteri pertahanan Rusia, mengatakan isyarat itu adalah untuk "meningkatkan rasa saling percaya, menciptakan kondisi yang tepat untuk negosiasi kesepakatan damai dengan Ukraina".
Tapi ini terjadi setelah Kremlin mengatakan sedang bergerak untuk mengkonsolidasikan cengkeramannya di wilayah Donbas timur.
Sergei Shoigu, menteri pertahanan Rusia, mengatakan "tujuan utama" Rusia sekarang adalah "pembebasan" wilayah tersebut.
Tetapi kemampuan Moskow untuk merayap lebih jauh sepertinya tidak mungkin tanpa menggunakan senjata kimia, kata mantan kepala Unit Senjata Kimia Angkatan Darat Inggris.
Sementara itu melansir Kompas.com, tentara Ukraina bercerita bahwa Rusia dan milisi sekutunya sekarang menguasai sekitar 90 persen Luhansk dan lebih dari setengah Donetsk--jantung industri Ukraina di masa lalu.
Asap mengepul melintasi lanskap yang sudah dirusak oleh pertambangan dan pabrik.
Tentara Ukraina telah berperang di sini selama delapan tahun terakhir.
Unit mereka ini termasuk beberapa pasukan yang paling tangguh di negara itu.
Para pejabat Barat mengatakan pasukan Ukraina yang ditempatkan di Donbass adalah unit yang paling terlatih dan punya peralatan lengkap.
Saat serangan Rusia dilancarkan dari utara, timur dan selatan, ada bahaya yang nyata bahwa mereka akan segera dikepung.
Di kawasan itu Ukraina kalah banyak dari Rusia.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR