Intisari-Online.com - Banyak pihak yang meyakini, atau setidaknya menduga, bahwa Taiwan kelak akan menjadi Ukraina berikutnya.
Bayangkan saja, Rusia saja yang sebelumnya selalu mengelak untuk melakukan invasi, pada akhirnya benar-benar menyerang Ukraina.
Sementara China, melalui Presiden Xi Jinping berulang kali menyebut akan merebut kembali Taiwan ke dalam pelukannya.
Bahkan, Xi Jinping sempat menekankan upaya China untuk merebut kembali Taiwan bisa saja menggunakan cara paksaan.
Maka, invasi Rusia ke Ukraina bak menjadi contoh nyata bahwa serangan sebuah negara raksasa ke negara tetangganya merupakan hal yang sangat mungkin terjadi.
Apalagi, baik Ukraina maupun Taiwan berbagi sebuah identitas yang sama, yaitu sama-sama negara demokrasi muda.
Meski berada dalam tekanan besar untuk menjadi Ukraina berikutnya, pada dasarnya Taiwan justru sudah memiliki "perisai pelindung" sendiri.
Sebuah alat yang kelak dapat membuat mereka mampu meredam "nafsu" invasi China tanpa harus mengemis bantuan Amerika Serikat, apalagi sampai menggunakan senjata nuklir.
Bukan apa-apa, "perisai pelindung" yang juga dapat disebut sebagai "senjata rahasia" ini mampu membuat hampir seluruh dunia lumpuh, termasuk China.
Ada pertaruhan yang sangat tinggi yang membuat China justru akan terpuruk jika sampai nekat menghantam Taiwan.
KOMENTAR