Intisari-Online.com – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, membuat pernyataan di Telegram pada Selasa (29/3/2022), bahwa dia meragukan rencana Rusia untuk mengurangi operasi militer, dengan mengatakan hanya hasil nyata yang dapat dipercaya.
Pernyataan itu dibuat ketika negosiator Rusia dan Ukraina melanjutkan upaya untuk menenangi diakhirinya konflik yang sekarang mendekati minggu kelima.
Kecurigaan Zelensky tersebut muncul pada hari yang sama ketika Rusia mengisyaratkan penarikan pasukan dan kemungkinan fase baru peperangan.
“Sinyal yang kami dengar dari platform negosiasi bisa disebut positif, tapi sinyal-sinyal ini tidak menenggelamkan pecahan peluru Rusia,” kata Zelensky, mengutip Newsweek, Rabu (30/3/2022).
Turki menjadi tuan rumah pembicaraan damai antara kedua belah pihak setelah Rusia gagal merebut ibu kota Ukraina, Kiev.
Sekarang, para pejabat Rusia sedang berusaha untuk meredakan konflik.
Wakil Menteri Pertahanan Rusia, Alexander Fomin, mengatakan kepada wartawan bahwa pasukan akan mundur dari Kiev dan Chernihiv, sebuah kota di Ukraina Utara.
Tetapi dalam posting Telegramnya, Zelensky mengatakan, “Kami tidak tmelihat alasan untuk mempercayai kata-kata perwakilan tertentu dari suatu negara yang terus berjuang untuk kehancuran kami.”
Menurutnya, orang Ukraina benar untuk tidak percaya, menunjuk pada konflik saat ini dan dukungan Rusia untuk separatis di Ukraina timur selama delapan tahun terakhir.
“Orang Ukraina bukan orang yang naif,” kata Zelensky.
Zelensky bak tak belajar dari AS yang jiper setengah mati usai Biden ‘keceplosan’ ucapkan kata-kata ini yang kemudian dibantahnya.
Ya, Presiden Joe Biden membantah bahwa Amerika Serikat berniat menggulingkan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Biden hanya mengaku kesal dengan tindakan Putin di Ukraina dan percaya bahwa ‘orang jahat jangan dibiarkan terus melakukan hal yang jahat.’
“Saya hanya ingin mengekspesikan kekesalan saya. Dia tidak bisa tetap berkuasa, ya seperti Anda tahu, orang kejam tak harus meneruskan hal-hal kejam lainnya,” kata Biden di Gedung Putih kepada CNN yang dikutip, Selasa (29/3).
“Namun, itu bukan berarti kami punya kebijakan fundamental untuk melakukan apa pun demi menggulingkan Putin,” katanya lagi.
Biden berkomentar soal Putin itu muncul saat menyampaikan pidato di Warsawa, Polandia, pekan lalu.
“Demi Tuhan, laki-laki ini (Putin) tak bisa tetap berkuasa,” kata Biden waktu itu.
Namun tak lama setelah pernyataan itu, pejabat Gedung Putih segera mengklarifikasi bahwa yang disebut Biden tak bermakna secara tekstual.
Menurut pejabat itu, “(Maksud Biden) Putin tak bisa diizinkan memperluas kekuasaan di negara tetangganya atau wilayah lain.”
Sejumlah negara sekutu AS, seperti Jerman dan Prancis pun mengatakan hal serupa.
Olaf Scholz, Kanselir Jerman, mengaku telah berdiskusi dengan Biden mengenai hal tersebut.
“Itu bukan tujuan NATO, juga bukan Presiden Amerika Serikat (Joe Biden),” kata Scholz.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa komentar Biden tak membantu upaya diplomatik lantaran ia sendiri masih terlibat dialog dengan Putin.
Namun, dia juga mengatakan tujuan mereka bukan untuk mengganti rezim.
“Tujuan kami untuk menghentikan perang yang diluncurkan Rusia di Ukraina, sembari menghindari perang dan eskalasi (yang meningkat),” kata Macron.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari